Pusri Yakin Mampu Saingi Produk China
JAKARTA : PT Pupuk Sriwidjaja optimistis mampu bersaing dengan industri pupuk China dalam menghadapi perdagangan bebas China-Asean (ACFTA), karena harga pupuk produksi Tanah Air lebih murah dibandingkan dengan produksi buatan China terutama PetroChina.
"Soal harga pupuk tidak jadi masalah, kita siap bersaing harga masih di bawah China hingga 2012," kata Direktur Utama Pusri Dadang Heru Kodri di sela acara pelaksanaan Pusri Junalistik Award pekan lalu.Namun, dia mengakui saat ini kapasitas pabrik pupuk di Tanah Air masih sangat jauh dibandingkan dengan China yang cukup besar, mencapai 134 juta ton per tahun. Mereka adalah produsen sekaligus pedagang pupuk yang tidak bisa diperkirakan.
Apalagi, dia mengklaim seluruh produksinya telah memiliki Standar Nasional mdonesia (SNI), baik pupuk urea maupun amonia. Hal itu tentunya menjadi unggulan produsen pupuk Tanah Air dibanding China yang mungkin belum memiliki standar.
Meski demikian sambungnya Pusri tidak bisa menjamin bertahan setelah hingga 2012 apabila kontrak pasokan gas dengan Pertamina EP selesai pada tahun tersebut."Pertamina EP sudah mengeluarkan surat yang menyatakan tidak bisa lagi menyuplai gas ke Pusri sesuai neraca yang disampaikan kepada kita," ujarnya.
Menurut dia, pihaknya telah menggelar rapat beberapa kali dengan Pertamina EP. Namun, kebutuhan gas revitalisasi belum dapat dibahas hingga saat ini."Kalau untuk (kebutuhan gas) yang existing sebesar 166 mmscfd, insya Allah bisa diperpanjang,"paparnya.
Seperti pada 2007 ungkapnya kontrak dengan Pertamina EP periode 2008-2009 di harga US$3,3 per MMBTU. Temyata, setelah kontrak harga naik hingga US$8.Dadang mamaparkan pemerintah perlu lebih jelas mengatur pasokan gas. Setidaknya gas perlu dibedakan menjadi dua, yakni sebagai bahan bakar dan sebagai bahan baku.
Alasannya, lanjutnya substitusi bahan bakar jauh lebih banyak dari bahan baku."Ada harga untuk bahan baku dan harga untuk bahan bakar karena prinsipnya harga gas sebagai bahan bakar selalu lebih tinggi dari bahan baku,"Dia menjelaskan posisi Pusri tetap menunggu, tetapi kalau mau tetap aman Pusri setidaknya dapat merelokasi pabrik ke daerah potensi gas, seperti Senoro (Sulteng), Binuti (Papua) atau Masela (Maluku Tenggara).Terkait dengan penyerapan urea, Direktur Pemasaran PT Pusri Bowo Kunto Hadi menambahkan hingga Januari penyerapan masih sangat minim, hanya 75% tetapi produksi beras nasional surplus. (K49)
Baca Selengkapnya