Kabar Pusri

Berita Media Masa

Cari tahu informasi terbaru mengenai Pusri dari sorotan media.

news-1

29 April 2024

PKT Tingkatkan Stok dan Pengawasan Pupuk Bersubsidi di Jateng
PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk (PKT) meningkatkan stok pupuk urea mengantisipasi lonjakan permintaan pada musim tanam pertengahan September atau Oktober mendatang dan meningkatkan pengawasan sehingga distributor nakal akan ditindak, terutama di Jawa Tengah.

"Kami tidak mau ada terjadi kelangkaan pupuk di wilayah pemasaran PKT," kata Kepala Kompartemen Pemasaran PKT Irwansyah, di Jakarta, Senin.

Peningkatan stok dan pengawasan pupuk bersubsidi terutama dilakukan di sejumlah kabupaten dan kota di Jawa Tengah (Jateng) yang menjadi tanggung jawab baru PKT sesuai dengan Peraturan Mendag (Permendag) Nomor03/M-DAG/Per/2/2006.

Sesuai dengan Permendag itu itu PKT mendapat tambahan tanggung jawab untuk 14 kabupaten/kota Jateng yang sebelumnya menjadi tanggung jawab PT Pusri yaitu Blora, Boyolali, Dema, Grobogan, Jepara, Karanganyar, Klaten, Kudus, Pati, Rembang, Solo, Sragen, Sukoharjo dan Wonogiri.

Untuk itu, secara khusus Irwansyah meninjau kesiapan wilayah pemasaran Jateng agar tidak terjadi kelangkaan pasokan dan masalah lainnya dan ia meminta Perwakilan Pemasaran Jateng mengevaluasi kinerja 60 distributor yang ada di wilayahnya.

"Setelah bekerja sama sekitar empat bulan terhitung sejak April 2006, sudah cukup data bagi PKT untuk melakukan evaluasi. Jika ada distributor yang tidak bekerja sesuai dengan kontrak perjanjian jual beli seperti yang diatur dalam SK Mendag 03, mereka akan diberi sanksi, dan kalau perlu dicabut kontraknya," ujar Irwansyah.

Ia menegaskan PKT akan berusaha keras agar tidak terjadi masalah dalam distribusi pupuk urea bersubsidi di wilayah Jateng sama dengan di wilayah Jatim II yang selama ini menjadi tanggung jawab BUMN tersebut yaitu di 28 kabupaten/kota Jatim.

"Selama ini PKT bisa melakukan tanggung jawabnya dengan baik di Jatim yang cakupannya lebih luas dan pupuknya mencapai 800.000 ton per tahun. Kami juga ingin berhasil di wilayah Jateng II ini," katanya.

Sementara itu Kepala Perwakilan Pemasaran Jateng Triyoga mengatakan pihaknya telah menindak distributor nakal di Jateng yang merugikan petani dan ia juga mengakui saat ini masih ada sejumlah distributor dan pengecer "nakal" akan ditindak, karena menimbulkan masalah kelangkaan pupuk.

Salah satu distributor yang telah ditindak adalah Indokimia yang berada di Kabupaten Pati. "Berdasarkan pengaduan petani dan peninjauan kami di lapangan, sebagian wilayah pemasaran ditributor tersebut (Indokimia) kami alihkan ke distributor lain," katanya.

Triyoga mengatakan pihaknya bertekad untuk menjaga jangan sampai ada kelangkaan pupuk di wilayahnya dan petani diharapkan informasi langsung bila menemukan kesulitan dalam mendapatkan pupuk.

Selain itu berdasarkan laporan petani, kata dia, ada sejumlah distributor dan pengecer yang memanfaatkan peluang dengan mewajibkan petani atau pengecer membeli produk tertentu seperti peptisida jika ingin mendapatkan urea ataupun membatasi pembelian pupuk hanya lima zak untuk satu petani.

Triyoga menegaskan tidak ada ketentuan dari PKT yang mengharuskan hal tersebut. "Distributor PKT tidak boleh mengharuskan pengecer untuk membeli produk tertentu, dan pengecer juga tidak boleh membatasi pembelian oleh petani sepanjang sesuai dengan kebutuhan atau luas lahan mereka," katanya.

Dari data penyaluran, sejak April lalu sampai 28 Juli, untuk wilayah Jateng II, PKT telah menyalurkan pupuk sebanyak 123.370 ton jauh di atas peraturan Gubernur sebanyak 106.025 ton.

Sedangkan stok yang ada di gudang PKT mencapai sekitar 48.000 ton, dan ditargetkan naik menjadi sekitar 60.000-70.000 ton pada masa musim tanam mendatang.

Menanggapi soal aksi demo petani pekan lalu di depan kantor PKT di Semarang, Triyoga mengatakan hal itu bukan disebabkan terjadinya kelangkaan pupuk urea bersubsidi tapi aksi itu didorong oleh ketidakpuasan sejumlah pihak terhadap kinerja distributor dan pengecer, disamping ada maksud-maksud tertentu dari beberapa pihak.

"Kan aneh, di antara peserta demo itu ada petani dari Kabupaten Kebumen yang penyaluran pupuknya bukan menjadi tanggung jawab PKT, tapi produsen lain," kata Triyoga. antara/pur

Baca Selengkapnya
news-1

29 April 2024

Pemerintah Antisipasi Kelangkaan Gas
Pemerintah berupaya menjaga agar ketersediaan gas sebagai penggerak industri pupuk terus terjamin. Terlebih lagi saat ini muncul prediksi bahwa pada Oktober hingga November tahun ini akan terjadi krisis gas. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sugiharto menyatakan, untuk langkah antisipasi itu, dalam jangka pendek pemerintah akan mensubstitusi bahan bakar pembangkit listrik dari gas dan diesel menjadi batu bara.

"Kalau itu bisa terealisasi, penghematan gas kita sangat luar biasa, sehingga gasnya bisa digunakan untuk memproduksi amoniak, yang selanjutnya dijadikan urea," kata Sugiharto kemarin. KUKUH S WIBOWO

Baca Selengkapnya
news-1

29 April 2024

Pupuk Kujang Dapat Pasokan Gas dari BP
PT Pupuk Kujang melakukan kontrak pembelian gas dengan volume 135 triliun British thermal unit untuk periode 2007-2017. Pasokan gas itu berasal dari BP Indonesia dari Blok Offshore North West Java dengan harga US$ 3,63 per mile mile British thermal unit (mmbtu).

Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) Kardaya Warnika mengatakan disepakatinya harga gas untuk Pupuk Kujang ini dapat menguntungkan kedua belah pihak. Sehingga di masa mendatang konsumen gas lainnya dapat mengikuti langkah Pupuk Kujang membeli gas dengan harga yang lebih kompetitif agar produsen gas terdorong memasok kebutuhan domestik.

Menurut dia, selama ini pabrik pupuk dianggap tidak mampu membeli gas dengan harga tinggi. Biasanya pabrik pupuk membeli gas dengan harga US$ 1,5-2 per mmbtu, seperti gas yang dipasok untuk pabrik Pupuk Kujang, yaitu Pabrik Pupuk Kujang 1B.

"Terbukti pabrik pupuk bisa membeli gas dengan harga tertinggi di antara kontrak yang lain," kata Kardaya kemarin.

Menurut Direktur Utama Pupuk Kujang Aas Asikin Idat, gas akan dipakai untuk operasional Pabrik Pupuk Kujang 1A mulai pertengahan 2007. Pasokan itu menggantikan gas yang disalurkan dari lapangan milik PT Pertamina (Persero).

Dengan suplai gas dari BP tersebut, Aas melanjutkan, berarti Pabrik Pupuk Kujang 1A dapat tetap terus beroperasi untuk memenuhi kebutuhan pupuk urea di seluruh wilayah Jawa Barat. Kebutuhan pupuk akan tetap tersedia untuk 26 kabupaten atau kota di seluruh Jawa Barat.

Selama ini seluruh kebutuhan gas Pabrik Pupuk Kujang 1A dan Pabrik Pupuk Kujang 1 dipasok Pertamina. Namun, keterbatasan produksi gas membuat Pertamina dalam jangka panjang tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan gas ke Pabrik Pupuk Kujang 1A.

Gas dari BP Indonesia ini rencananya akan dialirkan lewat pipa sepanjang 42 kilometer dari central plant BP di Laut Jawa ke fasilitas penerimaan gas di Cilamaya, Jawa Barat. Selanjutnya akan masuk dan menggunakan sistem pipa milik Pertamina untuk dialirkan ke PT Pupuk Kujang di Dawuan, Cikampek.

PT Pupuk Kujang 1A memiliki kapasitas produksi (urea prill) 570 ribu ton per tahun dan beroperasi sejak 1978. Mulai Februari 2006, Pupuk Kujang mengoperasikan Pabrik Pupuk Kujang 1B sehingga total kapasitas saat ini meningkat menjadi 1,140 juta ton urea per tahun.

Seperti diberitakan, Pupuk Kujang sebelumnya kelimpungan. Pasalnya, Pertamina pada Maret lalu tidak bisa memberikan kepastian apakah akan tetap memasok gas ke produsen pupuk urea satu-satunya di Jawa Barat itu. Pasokan gas ke Pabrik Pupuk Kujang 1A untuk periode Januari-April 2006 dari Pertamina mencapai 34 juta kaki kubik per hari dan dari PT Odira 8 juta kaki kubik per hari. MUHAMAD FASABENI

Baca Selengkapnya
news-1

29 April 2024

Kelangkaan Pupuk di Jabar Sulit Diatasi Bila tak Ada Kebersamaan
PT Pupuk Kujang memastikan kelangkaan pupuk di Jawa Barat (Jabar), sulit diatasi selama tidak ada "kebersamaan" antara pemerintah dengan petani dalam penggunaan pupuk.

"Bahkan kelangkaan pupuk khususnya urea, akan selalu terjadi setiap musim tanam. Permasalahan mendasar adalah adanya perbedaan antara kebijaksanaan pemerintah dengan kenyataan di lapangan," kata Arifin, Kepala Biro Komunikasi PT Pupuk Kujang, di Cikampek, Kabupaten Karawang, Rabu (26/7).

Ia menyatakan, PT Pupuk Kujang selalu menjadi sasaran "tembak" dan dipojokKan dalam hal kelangkaan pupuk. Padahal, PT Pupuk Kujang sebagai produsen, dan telah menjalankan tugas sesuai aturan.

Selama ini pemerintah, dalam hal ini Dinas Pertanian, mematok penggunaan pupuk sebanyak 250 Kg/hektare, yang ternyata para petani menggunakanya hampir dua kali lipat. Keadaan itu, kata dia, diperparah lagi dengan banyaknya petani menanam padi tiga kali, sehingga penggunaan pupuk semakin membengkak dalam setiap tahun.

Permasalahan lain yang menyebabkan terjadi kelangkan pupuk bagi petani atau pupuk bersubsidi, yakni adanya penggunaan pupuk yang tidak terprogramkan sebagai pupuk bersubsidi, seperti pupuk untuk tambak disepanjang jalur Pantura Jabar.

Menurut Arifin, penggunaan pupuk urea untuk tambak (udang dan ikan bandeng) cukup besar yakni rata-rata 20.000 ton/tahun, yang diperuntukkan bagi penyuburan tanah. "Pupuk tersebut dibeli dari kios-kios penyedia pupuk bersubsidi untuk petani. Praktis, telah mengurangi jatah untuk para petani," katanya.

PT Pupuk Kujang juga mensinyalir adanya "rembesan" pendistribusian pupuk petani ke sektor lain, seperti perkebunan dan industri, akibat perbedaan harga cukup mencolok, antara pupuk bersubsidi dengan nonsubsidi itu.

"Harga pupuk nonsubsidi Rp2.200/Kg, sedangkan pupuk bersubsidi Rp 1.200/KG. Ini memungkinkan adanya distributor nakal, dan menjual pupuk ke perkebunan atau industri karena keuntungan cukup menggiurkan," katanya.

Dalam hal ini, ditegaskannya lagi bahwa perlu adanya "kebersamaan" antara pemerintah, petani, produsen dan pihak lain, sehingga kelangkaan pupuk secara beransur akan teratasi.

"Satu-satunya langkah untuk mengatasi permasalahan kelangkaan pupuk di Jabar, adalah duduk bersama, pemerintah, produsen, petani dan unsur lainya termasuk para pemilik kios pupuk, untuk menyamakan persepsi," katanya. antara/abi

Baca Selengkapnya
news-1

29 April 2024

PT Pupuk Kujang Terancam Bangkrut
Ketua Komisi XI Bidang Keuangan DPR RI, Awal Kusumah, mengatakan, ketahanan pangan nasional akan terancam jika Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar tidak turun tangan mengatasi kondisi PT Pupuk Kujang yang nyaris bangkrut pada Oktober 2006 akibat ketiadaan pasokan gas.

"Seperti diketahui problem utama PT Pupuk Kujang itu terletak pada gas, hingga perlu dicarikan jalan keluarnya," katanya seusai pertemuan antara Komisi XI DPR dengan Gubernur Jabar Danny Setiawan, di Bandung, Selasa (25/7).

Menurut dia, Pupuk Kujang mempunyai tugas untuk memenuhi 80 persen areal pangan di Jabar, hal ini berarti jika keberadaannya terganggu maka akan terganggu pula peran Jabar dalam kontribusi ketahanan pangan nasional.

Oleh karena itu, katanya, persoalan tersebut harus dipahami secara bersama-sama termasuk semua komponen masyarakat dan pemerintah di Jabar. "Kita harus bersama-sama mencari jalan ke luar problematika yang dialami Pupuk Kujang tersebut dalam soal gas," katanya.

Kendati demikian, ia mengemukakan Komisi XI sendiri akan mencoba memfasilitasi perbankan untuk bridging finance- nya yang dialami perusahaan memproduksi pupuk di tanah air, pasalnya dibutuhkan dana Rp 175 miliar untuk menyelamatkan PT Pupuk Kujang.

"Kalau memungkinkan mengapa tidak bank pembangunan daerah (BPD) memberikan kontribusi untuk penyertaan modalnya hingga Pupuk Kujang sebagai industri strategis mampu tetap menjaga ketahanan pangan nasional khususnya di Jabar," ujarnya.

Mendesak

Ia mengingatkan mencari jalan ke luar menyelamatkan PT Pupuk Kujang sudah sangat mendesak mengingat waktunya tinggal sekitar tiga bulan lagi atau sampai bulan Oktober 2006.

Sementara itu, Gubernur Jabar, Danny Setiawan, mengatakan, Pemprov Jabar sendiri tidak bisa memberikan penyertaan modal dalam menyelamatkan perusahaan pupuk tersebut.

"Namun demikian Pemprov Jabar telah memberikan surat kepada Menteri ESDM dan Menteri Perdagangan, untuk memfasilitasi pertemuan antara Pertamina yang menyediakan gas dengan Pupuk Kujang," katanya. Ant/Bud.

Baca Selengkapnya
news-1

29 April 2024

Dirut PT Pusri Minta Tambahan Subsidi
Direktur Utama (Dirut) PT Pusri Ir Dadang Heru Kodri MM, mengeluhkan harga gas bumi sebagai bahan baku produksi pupuk yang terus merangkak naik, padahal kontrak belum habis. Ia mencontohkan pada 2005, harga gas yang tadinya US$ 1,5-1,85/MMBTU menjadi US$ 2,0. Lalu pada tahun 2006, harga gas kembali naik menjadi US$ 2,15.

"Harga gas bumi untuk industri pupuk tidak dapat bersaing dengan harga LNG, PLN, PGN, dan Singapura. Kebijakan pemerintah terhadap gas bumi, di satu sisi menginginkan bagi hasil yang tinggi. Sementara di sisi lain, pemerintah menetapkan harga urea yang rendah," ujar Dadang, kepada 21 anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI), yang diketuai Hilman Indra SE MM, saat melakukan kunjungan kerja (kunker) ke PT Pupuk Sriwijaya (Pusri), kemarin.

Ditambahkannya, kenaikan harga eceran tertinggi (HET), pupuk hanya sedikit menolong produsen. Tahun 2000-2002, HET pupuk urea hanya sebesar Rp 1.150/kg. Kemudian pada tahun 2003-2005, HET justru turun menjadi Rp 1.050/kg. Lalu pada tahun 2006, HET kembali naik menjadi Rp 1.200/kg.

"Dengan HET tersebut, produsen rugi Rp 1,46 triliun. Akibatnya, PT Pupuk Kujang sebagai salah satu holding company dari PT Pusri tidak dapat beroperasi lagi pada Oktober 2006. Dan secara keseluruhan, industri pupuk nasional berada dalam kesulitan," tandas Dadang.

Ia berharap Komisi IV dapat memperjuangkan tambahan subsidi kepada PT Pusri dalam APBN Perubahan (APBN-P). Karena dari subsidi tahun 2006 yang diajukan sebanyak Rp 6,479 triliun, ternyata hanya separuhnya yang direalisasikan.

Sementara itu, anggota Komisi IV, Nurhadi M Musawir SH MM MBA, mempertanyakan lemahnya negosiasi industri pupuk dengan pemerintah. ?Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apakah industri pupuk pernah berbicara dengan presiden dan wakil presiden mengenai nasib masa depan industri pupuk?? tanya Nurhadi.

Subsidi pupuk, lanjutnya, memang tidak dapat optimal diberikan dalam APBN-P. Namun, Nurhadi dan anggota Komisi IV lainnya akan berusaha memperjuangkannya. Ia menyarankan agar di masa mendatang, ada industri pupuk yang khusus menjual pupuk secara bebas di pasar internasional, dan ada yang khusus menjual pupuk bersubsidi. (mg14)

Sebanyak 21 anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI), yang diketuai Hilman Indra SE MM melakukan kunjungan kerja (kunker) ke PT Pupuk Sriwijaya (Pusri), kemarin (25/7). Rombongan diterima oleh Direktur Utama (Dirut) PT Pusri Ir Dadang Heru Kodri MM, di Ruang Rapat Gedung Utama Lantai VIII.

Baca Selengkapnya
Laporan Tata Kelola Info Publik FAQ