Pusri News

Mass Media News

Find out the latest information about Pusri from the media spotlight.

news-1

24 November 2024

Pusri Serap Anggaran Rp 5,4 Triliun Untuk Ekspansi Pabrik II-B
Palembang – PT Pupuk Sriwidjaja (Persero), BUMN produsen Pupuk,telah menggunakan anggaran Rp 5,4 Triliun atau 73% dari total dana ekspansi pabrik II-B sebesar Rp 7,4 Triliun. Menurut manajemen perusahaan, ekspansi pabrik tersebut ditargetkan selesai pada 2015.
 
Zaid Ismed, sekretaris Perusahaan PT Pusri Palembang , menjelaskan perkembangan konstruksi proyek ekspansi tersebut telai mencapai 23%, atau lebih tinggi dari rencana semula. “ kami optimis pembangunan pabrik II-B akan tuntas sesui target pada 2015., meski saat ini masih dipengaruhi kurs rupiah yang tidak stabil, “kata nya kepada IFT.
 
Menurut dia, pabrik II-B memiliki kapasitas urea 907,5 ribu ton per tahun dan amoniak 600 ribu ton pertahun . pabrik baru itu akan menggantikan pabrik pusri II yang sudah berumur tua dan boros energi
.
Perseroan memperoleh sindikasi pinjaman untuk mendanai proyek ekspansi tersebut. Pinjaman bank tersebut sebesar Rp 7,4 Triliun dengan rincian digunakan untuk pembangunan pabrik sekitar Rp 5,4 Triliun dan sisanya dialokasikan untuk membangun steam turbin generator (STG) serta boiler batubara Rp 1,4 Triliun, dan membeli kapal self propelled urea barge (SPUB) senilai Rp 487 miliar.
 
Pusri memperoleh pinjaman itu dari tujuh perbankan nasional yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Jabar Banten Tbk (BJBR), PT Bank Sumsel Babel, dan PT Bank UOB Indonesia dengan mengguanakan skema pembiayaan club deal. Zain menjelaskan pinjaman untuk pembangunan pabrik II-B merupakan kredit investasi dan biasanya pengambilan sampai 15 tahun ke depan.
 
Proyek ekspansi tersebut dibangun oleh konsorsium PT Rekayasa Industri dan Toyo Engineering Corporation di atas lahan 6.012 hektar. Dia menambahkan pabrik II-B tersebut nantinya dapat menambah kapasitas produksi sebesar 2.000 ton amoniak perhari (660.000 ton pertahun) dan 2.750 ton urea perhari (907.500 ton pertahun).
 
Pembangunan pabrik ini menggunakan teknologi purifier technology untuk pabrik amoniak dan teknologi aces 21 milik Toyo dan Pusri sebagai co-licencor untuk pabrik urea,” urainya.
 
Jika dibandingkan dengan pabrik Pusri II (existing), teknologi yang digunakan pada pabrik Pusri II-B dapat menghemat konsumsi gas bumi sebesar 10 MMBTU per ton urea dan lebih ramah lingkungan.
 
Musthofa, Dirut PT Pusri Palembang, sebelumnya menjelaskan selain untuk mengoptimalkan pemakaian gas sebagai bahan baku pabrik, pembangkit stream dan listrik pabrik Pusri II-B menggunakan bahan bakar batubara.
 
”Substitusi gas bumi dengan batubara ini dapat menghemat pemakaian gas bummi sebesar 17 MMSCFD. Kebutuhan batubara untuk substitusi gas bumi sebesar 2.188 ton perhari (722 ribu ton pertahun),” imbuhnya.
 
BUMN produsen pupuk lainnya, PT Petrokimia Gresek (Petrogres), juga sedang menggarap pembangunan pabrik Amoniak-Urea II dengan kapasitas 825 ribu ton amoniak dan 570 ribu ton urea pertahun. Hidayat Nyakman, Dirut Petrogres, mengatakan pabrik Amoniak-Urea II itu direncanakan bisa berproduksi pada kuartal II 2016.
 
Menurut hidayat, investasi pembangunan pabrik baru itu sekitar US$ 560 juta – US$ 580 juta. Dengan adanya pabrik baru, kemampuan Petrogres dalam memproduksi urea akan meningkat 450 ribu ton pertahun menjadi sekitar 1 juta ton per tahun. ”itu menjadikan pemenuhan kebutuhan pupuk urea khususnya di Jawa Timur akan lebih terjamin,” paparnya.

Sumber : Indonesia Finance Today



 
Read More
news-1

24 November 2024

PUSRI SIAP PASOK 1,22 JUTA TON
Pupuk Sriwidjaja Palembang menargetkan penyaluran pupuk urea bersubsidi sebanyak 1,2 juta ton pada 2014 guna memenuhi kebutuhan petani di wilayah tersebut. Target penyaluran pupuk urea bersubsidi itu lebih rendah dibandingkan dengan target 2013 yang mencapai 1,37 juta ton, akibat tren pemakaian urea yang menurun ditingkat petani.

Manager Humas Pusri Palembang Sulfa Ganie mengatakan perusahaan berencana memproduksi sebanyak 2,04 juta ton urea dan 1,32 juta ton amoniak. “Dari target distribusi kami tahun ini, pupuk urea masih mendominasi,” ujarnya saat ditemui
Bisnis, Rabu (5/2)

Selain urea, lanjutnya perseroan mengamban penyaluran pupuk subsidi lainnya, meliputi SP36 yang ditarget sebanyak 144.600 Ton, jenis ZA ditarget sebanyak 38.400 ton, NPK sebanyak 406.100 ton, dan organic 68.700 ton.

Terkait kondisi cuaca yang ekstrem dan berdampak terhadap masa tanam padi, katanya tidak menggangu distribusi maupun target penyaluran yang telah dipatok perusahaan. “Memang ada daerah yang sudah panen terlebih dulu, karena lahannya terendam. Tetapi itu tidak berpengaruh ke distribusi. Pusri sudah mengantisipasi kondisi-kondisi yang berpotensi menyulitkan petani,” katanya.

Sulfa menambahkan perusahaan menyalurkan pupuk secara komersil atau nonsubsidi yang biasanya digunakan untuk sektor perkebunan, industry, dan ekspor. “sektor perkebunan pasarnya cukup prospektif dan luas oleh karena itu kami targetkan bisa menyalurkan urea sebanyak 500.000 ton dan NPK sekitar 50.000 ton untuk pasar perkebunan komersil,” katanya.

Menurutnya penyaluran NPK memeiliki kecenderungan terus berkembang, sehingga Pusri berencana membangun pabrik NPK sebagai bentuk pengembangan usaha perseroan. Rencananya, pabrik seluas 4 hektar tersebut akan dibangun di jalan Ir. Sutami, Kecamatan Kalidoni, Kota Palembang.

Pabrik NPK dengan kapasitas 100.000 ton per tahun tersebut ditargetkan dapat beroperasi 2015. Perusahaan berharap NPK itu member manfaat positif bagi perkembangan ekonomi masyarakat sekitar dan meningkatkan daya saing industri local.

Seperti dilansir dari situs resmi perusahaan, untuk pembangunan pabrik NPK, Pusri telah mengantongi dokumen Upaya Penglolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL & UPL) dari BLH Kota Palembang.

Sumber : Bisnis Indonesia



Read More
news-1

24 November 2024

PUSRI JOURNALISTIC AWARD APRESIASI UNTUK INSAN PERS

Gelaran Pusri Journalistic Award (PJA) sudah memasuki tahun ke3 di tahun 2013. Dalam lomba yang digelar secara nasional tersebut diikuti oleh wartawan tulis dan wartawan foto dari seluruh Indonesia. Dengan mengambil tema “Komitmen PT Pusri Palembang sebagai perusahaan efisiensi dan ramah lingkungan serta Pusri Palembang pasca restrukturisasi mengabdi untuk negeri” diharapkan keberadaan PT Pusri Palembang semakin dekat dengan masyarakat. Hal tersebut diungkapkan Dirut Utama PT Pusri Palembang, Mushtofa di sela-sela malam anugrah PJA III 2013, di Ballroom Hotel Arista, Selasa (4/2) malam.

Kegiatan PJA adalah sebagai bentuk apresiasi Pusri terhadap insan pers yang selama ini turut membangun negeri bersama Pusri. Kami berharap dari tulisan-tulisan yang dibuat oleh insan pers dapat membangun citra positif PT Pusri Palembang, “Harapnya sembari mengatakan, media massa memiliki peranan penting untuk mengawal roda pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah dan BUMD.

Dalam malam anugrah PJA III 2013 yang memeriahkan dengan pembagian doorprize tersebut keluar sebagai juara untuk kategori lomba tulisan juara I diraih Eriandi dari Harian Singgalang, juara II diraih Rian dari Sumatera Expres, Juara III diraih Julianto dari BUMn Track dan Harapan I diraih Yudi dari Antara. Sedangkan untuk kategori lomba foto juara I diraih fotografer Sumatera Expres, Evan, juara II diraih M Hatta dari Sumatera Expres, Juara III diraih oleh Jack dari Sripo dan harapan I diraih fotografer Harian Umum Suara Nusantara, Wahyu Rachmanto

Read More
news-1

24 November 2024

Medan Sulit, Butuh Nyali Besar
Radar Kudus-PT Pusri Serahkan Bantuan ke Desa Kasiyan, Sukolilo, Pati

Pati-penyaluran bantuan dari PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang bekerja sama dengan Jawa Pos Radar Kudus di Desa Kasiyan, Kecamatan Sukolilo Pati membutuhkan nyali yang kuat. pasalnya, medan menuju desa di perbatasan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati ini sangat sulit ditempuh.

Jalan yang dinilai bisa dilewati dengan mudah, yakni jalan Pati-Purwodadi, ternyata sulit dilintasi kendaraan.Dua mobil yang membawa bantuan itu harus menerjang genangan air sekitar 50 sentimeter. Genangan itu ada diperempatan Jalan Lingkar Selatan (JLS) Desa Panjunan, Kecamatan Gabus. Apalagi jalan yang genangan air yang mencapai sekitar 1,5 kilometer itu penuh dengan lubang yang dalam.

Sepanjang jalan itu ada tiga truk yang menjadi korban, yaitu dua truk terguling dan satu truk mogok ditengah jalan. Apabila tidak hati-hati kendaraan yang membawa bantuan itu ikut mogok ditengah jalan. Bahkan, bisa saja terguling. Selepas itu, jalan dari Desa Kosekan hingga menjelang Desa Kasiyan berlangsung aman. Namun disepanjang itu, jalan sudah rusak. Sejumlah lubang dalam terjadi di Kecamatan Kayen.

Begitu tiba diperbatasan Desa Kasiyan, tim Jawa Pos Radar Kudus yang dipimpin Direktur Jawa Pos Radar Kudus Baehaqi, yang diikuti Pemimpin Redaksi Ahmad Kholil, Redaktur Pelaksana Risandy, Redaktur Life Style M. Ulin Nuha, serta Nova dan Saiful tidak mudah menembus tempat pengungsian. Akhirnya bantuan diturunkan disebuah jembatan dan diangkut dengan perahu karet. Sebab, jalan menuju tempat pengungsian sekitar dua kilometer terendam banjir. Akhirnya tim menaiki perahu karet tersebut hingga ke tempat pengungsian.

“Begini kondisi pengungsi. Rumah warga tergenang air. Jadi kami tinggal disini (tempat pengungsian-Red),” ujar Budi Sutrisno, kadus Pengingwangi, Desa Kasiyan, kemarin. Dia menjelaskan, pengungsi tinggal diatas jembatan yang dibawahnya aliran Sungai Juwana. Sebab, jembatan itu merupakan tempat yang tertinggi didesanya. Padahal, didesa itu ada ada tempat pengungsian. “Ada tempat pengungsian, tapi sudah tidak bisa ditempati karena tergenang banjir. Jadi kami tinggal diatas jembatan,”imbuhnya.

Warga yang tinggal dipengungsian itu ada sekitar 332 jiwa. Mereka berasal dari Dukuh Pengingwangi dan Dukuh Tempel.Dia mengaku, sangat berterimakasih atas bantuan yang diberi kan. “Bantuan ini kami terima. Bantuan ini sangat membantu warga kami yang menjadi korban banjir,” paparnya.

Suyanto, salah satu warga Desa Kasiyan menjelaskan, rumahnya telah terendam sejak Selasa lalu (21/1). “ Di dalam rumah sudah sampai seperut orang dewasa. Kalau jalan menuju rumah sudah tidak bisa dilewati,” ungkapnya. Cuaca yang cerah kemarin, menurutnya, belum memberikan dampak yang besar. Sebab, mair surut sangat sedikit. “ Baru turun sekitar 10 sentimeter saja. Jadi belum berani pulang,” imbuhnya.

Dalam penyerahan itu, Baehaqi, direktur Jawa Pos Radar Kudus mengungkapkan, bantuan itu untuk meringankan beban para pengungsi. “ Kami dari Jawa Pos Radar Kudus menyerahkan bantuan dari PT. Pusri. Semoga sangat bermanfaat,” ungkapnya.

Dia berharap, bantuan yang diberikan bisa dirasakan oleh korban bencana banjir. “Jangan dilihat berapa nilai bantuan yang diberikan, namun niat ikhlas kami untuk membantu sesama yang paling penting,” terangnya. Bantuan yang diberikan berupa mie instan, popok bayi, pakaian bayi, pakaian dalam perempuan, sarung, makanan kaleng, kecap, susu, pembalut perempuan, air mineral, biskuit, dan obat-obatan.

Sebelumnya, Minggu petang (26/2) PT. Pusri dan Jawa Pos Radar Kudus menuju ke lokasi pengungsian warga Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan. Sekitar pukul 18.20 tim sampai ke lokasi pengungsian dan langsung memberikan bantuan. Bantuan itu diterima koordinator pengungsi, Kholis. “ kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang diberikan. Terima kasih PT. Pusri dan Radar Kudus,”katanya saat menerima bantuan.

Dia mengakui membutuhkan bantuan. Apalagi Desa Karangrowo berbeda dengan desa lainnya. Karena air surut di desanya dipastikan lebih lama dibanding desa lainnya. Dia bersama warga kemungkinan besar mengungsi lebih lama. Dia mengaku sudah sekitar seminggu mengungsi dari desanya yang terkena banjir. Usai memberikan bantuan di Kabupaten Kudus, romobongan langsung menuju Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara. Perjalanan ke lokasi pun cukup sulit karena jalan yang dilalui macet. Mengingat jalan alternatif Kudus-Demak terputus.

Setelah dua jam perjalanan, akhirnya rombongan tiba diposko bencana di Koramil 06 Welahan. Rombongan diterima langsung oleh Camat Welahan Rini Patmini dan Danramil 06 Welahan Kapten Arm M Jarod yang masih standby bersama anak buahnya.

Rini Patmini pun mengucapkan banyak terima kasih karena bantuan yang diberikan sangat dibutuhkan warga yang terkena banjir. “Akan kami distribusikan ke 70 titik penampungan di Kecamatan Welahan yang menjadi lokasi banjir. Kami ucapkan terima kasih kepada PT. Pusri dan Radar Kudus,” ujarnya.




Read More
news-1

24 November 2024

PT Pusri-Radar Kudus Peduli Bencana

Serahkan Bantuan di 3 Wilayah

Kudus-PT Pusri Palembang bekerja sama dengan Jawa Pos Radar Kudus menyerahkan beragam bantuan korban bencana banjir di tiga Kabupaten. Yaitu, Desa Karangrowo Kecamatan Undaan, Kudus ; Desa Sihan, Kecamatan Sukolilo, Pati ; dan Desa/Kecamatan Welahan, Jepara.

Bantuan tidak hanya sembako, tapi juga pakaian, obat-obatan dan beragam jenis bantuan lainnya. Bantuan tersebut diserahkan langsung Manager Humas PT Pusri Palembang kepada Pemred (Pemimpin Redaksi) Jawa Pos Radar Kudus Ahmad Kholil disaksikan Direktur Baehaqi. Kemudian bantuan itu diteruskan ke korban banjir.

Sulfa Ganie mengatakan, bantuan yang diberikan kepada para korban bencana merupakan bentuk kepedulian perusahaan pada masyarakat Jawa Tengah, terutama pati, Kudus dan Jepara yang merupakan daerah wilayah parah terkena bencana banjir.

"Seluruh Jawa Tengah merupakan bagian daerah pemasaran kami. Tidak terkecuali di Pati, Kudus dan Jepara. Jadi ini kepedulian kami terhadap korban banjir." Tegasnya.

penyerahan bantuan bekerja sama dengan radar kudus jawa pos ini merupakan bagian dari membangun kemitraan bersama yang lama terjalin. "Kami merasa Jawa Pos Radar Kudus sebagai media massa yang memiliki data detail daerah mana saja yang harus dibantu," tandasnya.

Direktur Jawa Pos Radar Kudus Baehaqi mengatakan, penyaluran bantaun kemarin dilakukan di dua wilayah, Yaitu Kudus dan Jepara karena jalur penyaluran ke dua wilayah itu sudah bisa dilewati kendaraan.

Sementara di wilayah pati dilakukan hari ini. "Penyaluran ke pati sulit dilakukan hari ini (Kemarin, Red) karena bebrapa jalur menuju kesana (Daerah tujuan penyaluran bantuan, Red) tergenang banjir," paparnya.

Pemred Radar Kudus Jawa Pos Ahmad Kholil menambahkan, bantuan PT Pusri yang diewatkan Radar Kudus bisa sedikit meringankan kebutuhan para korban bencana, "Kendati jumlahnya belum memenuhi seluruh jumlah pengungsi, setidaknya bantuan ini bisa sedikit membantu," ungkapnya.

Untuk Bantuan yang diserahkan sendiri masing-masing mi instan 300 dus, air mineral (600 ml) 100 dus, makanan kaleng (Sarden) 360 kaleng, susu kental manis 100 pak, biskuit 300 buah, energen sereal 150 pack, kecap manis 150 botol, dan pembalut wanita 70 pack.

Selain itu, ada juga pampers bayi 100 pack, sarung 100 buah, pakian anak 76 buah, pakaian dalam wanita 50 buah, new diatab 50 pack, kontrimaksasol 50 pack, myconazol salep 50 buah, CTM lima botol, decolgen 50 pack dan obat batuk 25 botol. (Zen/Lil)




Read More
news-1

24 November 2024

BUMN Pupuk Siap Atasi Kelangkaan
Jakarta (ANTARA News)  - BUMN PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC)  siap mengatasi kelangkaan di sejumlah daerah akibat keterlambatan sejumlah pemerintah daerah mengeluarkan ketentuan alokasi pupuk bersubsidi awal 2014.

"PIHC berkomitmen akan menyediakan dan menyalurkan pupuk bersubsidi yang dibutuhkan oleh petani sepanjang tersedia RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok)," kata Sekretaris Perusahaan PIHC Harry Purnomo melalui keterangan pers yang diterima Antara di Jakarta, Minggu. 

Apalagi, kata dia, stok pupuk berlimpah. Pada 7 Januari 2014, total stok pupuk mencapai 1,38 juta ton atau 103 persen dari dari ketentuan stok yang dipersyaratkan oleh pemerintah cq Kementerian Pertanian, sebesar 539.503 ton. 

Menurut Harry, kelangkaan pupuk yang terjadi antara lain akibat jatah pupuk bersubsidi 2013 di beberapa kota sudah habis bahkan sejak November tahun lalu, karena anggaran subsidi pupuk sebesar Rp 15,8 triliun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pupuk petani yang tinggi pada musim tanam kali ini.

Pada awal 2013 alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi yang ditetapkan pemerintah sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 69/Permentan/SR.130/11/2012 sebesar 9,25 juta ton yang terdiri dari urea 4,1 juta ton, SP-36 850 ribu ton, ZA 1 juta ton, NPK 2,4 juta ton dan organik 900 ribu ton.

Namun, pada November pemerintah melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 123/Permentan/SR.130/11/2013 tanggal 29 Nopember 2013 menetapkan alokasi pupuk bersubsidi sebesar 8,611 juta ton sesuai dengan anggaran yang tersedia atau 93 persen dibandingkan dengan alokasi awal.

"PIHC sendiri telah menyalurkan sebanyak 8,797 juta ton pupuk bersubsidi kepada petani," kata Harry. Jumlah tersebut  diatas alokasi pemerintah, karena kebutuhan pupuk yang tinggi.

Selain itu berdasarkan rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR-RI pada 11 Desember 2013, pemerintah diminta untuk mencukupi kebutuhan pupuk bersubsidi sesuai kondisi di lapangan, dan apabila terjadi kurang bayar subsidi pupuk akan dianggarkan dalam APBN-P 2014.

Kendala lain yang dihadapi PIHC dalam penyaluran pupuk bersubsidi awal tahun ini, kata Harry, karena sejumlah pemerintah daerah juga belum mengeluarkan ketentuan alokasi.

"Sampai awal Januari 2014, baru 28 dari 34 provinsi yang melaporkan peraturan gubernur yang sudah diterbitkan, dan dari 497 baru 15 kabupaten/kota melaporkan peraturan bupati yang sudah diterbitkan," ujarnya.

Padahal sesuai Permentan 122/Permentan/SR.130/11/2013 peraturan daerah terkait alokasi pupuk itu paling lambat pertengahan Desember 2013 untuk peraturan gubernur dan akhir Desember 2013 untuk peraturan bupati.

Oleh karena itu PIHC meminta kerja sama pemerintah daerah agar segera mengeluarkan peraturan alokasi pupuk bersubsidi di daerahnya. 

Harry juga menyatakan pihaknya siap melakukan distribusi langsung karena sesuai Peraturan Menteri Perdagangan 15/2013 bila distributor/kios tidak dapat melakukan kewajibannya dalam penyaluran pupuk bersubsidi kepada petani, maka PIHC diwajibkan menyalurkan pupuk bersubsidi langsung kepada petani atau kelompok tani. 

"Apabila alokasi pada Januari 2014 berkurang, permintaan pupuk oleh petani dapat dipenuhi dengan menggunakan alokasi pada bulan berikutnya," kata Harry.  Namun itu pelaksanakan distribusi tersebut, pihaknya tetap membutuhkan izin pemerintah. 


Editor: Risbiani Fardaniah
Artikel diakses pada 13 Januari 2014 pukul 14.46 WIB


Read More
news-1

24 November 2024

Sejuta Bambu untuk Pelestarian Sungai Musi dan Tingkatkan Perekonomian Masyarakat
LINGKUNGAN HIDUP

"Program ini juga untuk pemberdayaan masyarakat karena prospeknya yang tinggi sebagai tanaman industri, yakni sebagai bahan baku industri tekstil dan industri kreatif."Musthofa, Direktur Utama PT Pusri.

Sungai Musi merupakan salah satu urat nadi kehidupan warga Sumatera Selatan, termasuk warga Palembang. Namun, kejernihan sungai itu kini sudah pudar. Beberapa bagian alur Sungai Musi sudah tergerus erosi dan abrasi.

Bukan hal yang aneh lagi jika sekarang ini melihat sampah berupa sandal, plastik atau kayu mengapung terbawa arus sungai itu. Belum lagi tumbuhan eceng gondok liar yang hijau terlihat di sana-sini, memenuhi pinggiran tanah tegalan. Air Sunyai Musi yang pasang-surut terlihat tidak lagi jernih, namun justru seperti susu kental manis yang diaduk dengan bubuk cokelat, menjadi pekat.

Dalam satu dasawarsa terakhir, para pelaku bisnis dan usaha yang mengandalkan Sungai Musi merasa resah akan kondisi sungai yang membelah dua kawasan Palembang, Seberang Ulu dan Seberang Ilir, itu.

Resah karena kondisi Musi yang kian dangkal sehingga membuat kapal-kapal ukuran besar tidak mampu lagi buang jangkar mendekati tanah tegalan. Kapal besar hanya bisa sandar di muara Sungai Musi. Kondisi itu sudah tentu secara ekonomi berdampak merugikan pelaku bisnis karena harus mengeluarkan biaya ekstra.

Itu dari segi ekonomi. Belum lagi apabila mengeluhkan kondisi Musi dari aspek sedimentasi dan erosi. Apalagi jika harus bicara soal pencemaran. Konon kondisi air Sungai Musi sudah menjadi makin tercemar karena berbagai limbah yang dibuang seenaknya.

Ditambah lagi kebiasaan warga yang bermukin di pinggiran Sungai Musi yang buang air besar sembarangan. Musi menjadi empang raksasa yang menampung berbagai beban. Jadi bebannya kian berat dari berbagai sisi.

Pada era pemerintahan Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) lperiode 1983-1993, Ramli Hasan Basri, Sungai Musi menjadi perhatian serius putra kelahiran Ranau itu. Lewat satu dari sebelas proyek strategisnya, Ramli mencanangkan pengerukan lumpur Sungai Musi.

Beberapa perusahaan terkait secara "keroyokan" dia ajak menggali lumpur Musi untuk kemudian ditimbunkan ke kawasan rawa-rawa di daerah Jakabaring, Palembang. Ramli sangat bersemangat menggali Sungai Musi. Selama dia berkuasa dua periode memimpin Sumsel, Sungai Musi masih dapat dilewati kapal-kapal bermuatan berat. Kapal-kapal itu mengangkut berbagai hasil pertanian dan industri daerah itu.

Sepuluh tahun berlalu, lantas bagaimana nasib Musi? Beda pemimpin, tentu beda pula kebijakan. Sepeninggal Ramli, proyek pengerukan Sungai Musi tidak lagi menjadi prioritas. Begitu seterusnya, hingga kini sistem "keroyokan" menggali lumpur Musi sudah tenggelam bak jangkar kapal yang bersandar di muara sungai itu.

Rupanya keresahan akan kondisi Musi makin menyesakkan. Salah satu perusahaan yang resah itu adalah PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang. Maka pada pertengahan 2013, Direktur Utama PT Pusri, Musthofa, mengajak para stakeholder untuk urunan mengeruk kembali lumpur Sungai Musi. Namun upaya itu tidak lantas gayung bersambut.

Hingga kini belum ada tindak lanjut atas ajakan bersama-sama mengeruk Sungai Musi. Sebagai perusahaan yang peduli terhadap ekosistem, Pusri juga peduli terhadap kondisi Musi.

Sejak awal Juli 2013 lalu, perusahaan yang bernaung di bawah bendera PT Pupuk Indonesia Holding Company itu menanam pohon bambu sepanjang tepian Sungai Musi. Tahap awal ada seribu bibit pohon bambu yang ditanam.

"Penanaman ini akan dilakukan terus-menerus setiap tahun, sehingga akan ada sejuta bambu yang tumbuh di tegalan Musi," kata Musthofa.

Program yang diberi tajuk "Serumpun Bambu, Sejuta Berkah" itu merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan pupuk tersebut terhadap lingkungan hidup, khususnya terhadap Sungai Musi yang saat ini terus mengalami pendangkalan. Mengapa bambu? Menurut Sekretaris Perusahaan PT Pusri Palembang, Zain Ismed, bambu memiliki banyak kegunaan. Selain mampu menahan erosi, menampung air, juga dapat dijadikan sumber pendapatan dan makanan.

Bambu bisa dibuat jadi apa saja. Mulai rebung hingga tunasnya bisa dimakan. Di sisi lain, budaya Indonesia tidak terlepas dari peranan bambu. Ya, bambu bisa untuk keperluan rumah rakit, rumah tinggal, tempat tidur, alat musik, alat memasak, hingga senjata yang digunakan melawan penjajah. Kelak bambu yang ditanam bisa menjadi sumber ekonomi masyarakat, terutama yang berada di bantaran Sungai Musi.

Manfaat lain bambu, dapat menahan erosi dan abrasi sehingga pendangkalan Sungai Musi dapat dicegah. "Program ini juga untuk pemberdayaan masyarakat karena prospeknya yang tinggi sebagai tanaman industri, yakni sebagai bahan baku industri tekstil dan industri kreatif," kata Musthofa.

Pusri Palembang yang mengemas kegiatan itu dalam program corporate social responsibility (CSR) menganggarkan dana sekitar Rp 100 juta untuk pengadaan bibit bambu setiap tahun. Selain bambu, Pusri juga menanam pohon manggis, jabon, ketapang, gaharu, dan salam untuk menjaga ekologi dan mendorong pemberdayaan masyarakat.

"Diharapkan, empat tahun kemudian apa yang kita tanam ini akan menjadi rumpun dan mampu mencegah erosi serta memperbaiki persediaan air tanah yang bersifat permanen," kata Musthofa.


Lantas, bagaimana dengan ajakan "mengeroyok" lumpur Musi? Bilakah terealisasi? Jawabannya pasti bisa, selagi ada political will dari semua pemangku kebijakan. Terlebih Musi adalah sumber ekonomi bagi masyarakat, perusahaan, dan tentu saja pemerintah daerah setempat. (Dwi Putro AA)


Read More
news-1

24 November 2024

Komitmen PT Pusri sebagai perusahaan ramah lingkungan
Palembang (ANTARA Sumsel) - PT Pupuk Sriwidjaja yang didirikan pada tanggal 24 Desember 1959 merupakan produsen pupuk urea pertama di Indonesia.

Sriwidjaja diambil sebagai nama perusahaan untuk mengabadikan sejarah masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya di Palembang, Sumatera Selatan yang sangat disegani di Asia Tenggara hingga daratan China, pada abad ke tujuh masehi.

Pada 1997, Pusri ditunjuk sebagai induk perusahaan yang membawahi empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang industri pupuk dan petrokimia, yaitu PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang Cikampek, PT Pupuk Kaltim dan PT Pupuk Iskandar Muda, serta satu BUMN yang bergerak di bidang "engineering", "procurement & construction" (EPC), yaitu PT Rekayasa Industri.  

Pada 1998, anak perusahaan Pusri bertambah satu BUMN lagi, yaitu PT Mega Eltra yang bergerak di bidang perdagangan. Sejak tanggal 18 April 2012, Menteri BUMN Dahlan Iskan meresmikan PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) sebagai nama induk perusahaan pupuk yang baru, menggantikan nama PT Pusri (Persero).  Hingga kini PT Pupuk Sriwidjaja Palembang tetap menggunakan brand dan merk dagang Pusri.

PT Pusri Palembang selain sebagai produsen pupuk urea pertama di Indonesia, juga mempunyai kebijakan yang memang diprioritaskan untuk efisiensi dan lingkungan hidup, kata Manajer Humas PT Pusri Palembang, Sulfa Ganie di Palembang, belum lama ini.
    
Ia memberikan contoh, dengan kecanggihan teknologi yang dimiliki PT Pusri Palembang semaksimal mungkin mengurangi dan mengolah limbah sehingga menjadi lebih baik.

PT Pusri Palembang bahkan telah menginvestasikan dana miliaran rupiah untuk pengadaan alat-alat pengolah limbah. Mulai unit pengolah limbah cair, pengolah limbah gas, pengolah limbah minyak, termasuk polusi suara.

PT Pusri Palembang juga menerapkan sistem manajemen lingkungan ISO 14001-2004, dimana berdasar hasil audit internal dan eksternal yang dilakukan setiap enam bulan agar tetap dipercaya untuk menerapkan sistem tersebut.

Menurut Sulfa, perusahaan yang efisien dan ramah lingkungan adalah komitmen bagi PT Pusri dan terus berupaya menjadi perusahaan dimiliki oleh lingkungan.

Pembinaan Lingkungan

PT Pupuk Sriwidjaja Palembang memperluas jangkauan program pembinaan lingkungan dan sosial (CSR) dengan mengembangkan tanaman penghijauan bambu petung (bambuseae) di bantaran Sungai Musi.

"Penanaman bambu ini merupakan partisipasi PT Pusri untuk melestarikan Sungai Musi dari ancaman kerusakan atau pendangkalan akibat erosi dan abrasi," kata Direktur Utama PT Pusri Musthofa setelah melakukan penanaman bambu di bantaran Sungai Musi kawasan Dusun II Balai Makmur, Desa Merah Mata,  Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (11/12).

Penanaman bambu petung sebanyak 500 batang dan tanaman penghijauan lainnya di kawasan itu selain mengembangkan kelestarian ekologi, juga upaya memberdayakan masyarakat yang nantinya bisa memanfaatkan tanaman tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan.

Menanggapi program kegiatan PT Pusri itu, sejumlah warga di Desa Merah Mata, Banyuasin menyatakan menyambut gembira, karena selama ini memang sangat diharapkan adanya bibit tanaman bambu.

"Sekarang kami tidak perlu susah-susah mencari bibit tanaman bambu, karena telah disediakan pihak PT Pusri, tinggal lagi tugas kami merawatnya supaya banyak memberikan manfaat bagi penduduk sekitar," kata Ruslan (42) warga setempat.

Ia menambahkan, keberadaan pohon bambu banyak manfaatnya bagi masyarakat, antara lain dapat dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan rumahtangga, pagar perkebunan dan sebagai penghijauan.    

Menurut Dirut PT Pusri, Musthofa, dalam filosofi bambu dekat dengan masyarakat Indonesia sejak jaman penjajahan, karena digunakan sebagai senjata perjuangan (bambu runcing---red) untuk melawan penjajah, serta manfaat lain juga amat banyak digunakan masyarakat sebagai bahan baku berbagai produk kerajinan, sehingga tanaman bambu ini menjadi salah satu program utama CSR PT Pusri Palembang.

Sedangkan untuk jangka panjang manfaat penanaman bambu tersebut karena kemampuan akarnya untuk mengikat tanah dan meningkatkan debit air.

"Saat ini bantaran daerah aliran sungai (Das) Musi sudah banyak yang terkikis, karenanya sungai tersebut membutuhkan penghijauan secara terus menerus. PT Pusri pun akan terus berupaya melakukan penanaman bambu hingga satu juta batang," ujarnya.

PT Pusri pada 2013 mengalokasikan dana untuk pengadaan bibit bambu yang didatangkan dari luar daerah senilai Rp100 juta. Namun saat ini penanaman baru dilakukan secara bertahap atau tiga bulan sekali sebab kesulitan mendapatkan bibit.

"Bibit bambu petung itu harus dipesan dulu dari luar daerah. Itupun butuh waktu karena menunggu proses pembibitaan," kata Musthofa yang di dampingi para direksi PT Pusri tersebut.

Sementara Sekretaris Perusahaan PT Pusri Zein Ismet mengatakan, PT Pusri memprioritaskan tanaman penghijauan bambu petung di bantaran Sungai Musi karena dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi pendangkalan di beberapa titik pada bagian hulu dan hilir.

"Dari informasi yang kita dapat sedikitnya ada 14 titik pendangkalan Sungai Musi, sehingga dikhawatirkan ke depan kelestarian lingkungan sungai akan mengganggu jalur transportasi angkutan sungai. Mengacu dari itu PT Pusri secara bertahap meningkatkan kepedulian ekologi terhadap kelangsungan kelestarian sungai," katanya.

Selain itu manfaat jangka panjang yang paling utama dari bambu adalah kemampuan akar bambu dalam mengikat tanah serta meningkatkan debit air.

Tanaman penghijauan sebagai kelanjutan program CSR bidang lingkungan “Serumpun Bambu Sejuta Berkah” di lahan  tanggul  tepi  Sungai  Musi  kawasan  Dusun  II  Balai  Makmur Kabupaten Banyuasin.

Perusahaan inipun dalam tiga tahun berturut-turut menerima Proper Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup, Penghargaan Industri Hijau dan Efisiensi Energi Nasional
 
Perusahaan efisien dan ramah lingkungan  layak disandang untuk produsen pupuk PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.

Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Perdagangan dan Perindustrian, serta Kementerian BUMN pun mengakuinya dengan menganugerahi sejumlah penghargaan.

Pada periode 2012, pelopor produsen pupuk urea di Indonesia ini menerima penghargaan Proper Hijau untuk ketiga kalinya secara berturut-turut (2010, 2011, dan 2012) dari Kementerian Lingkungan Hidup.

Kemudian PT Pusri yang berkantor pusat di sekitar bantara Sungai Musi pusat Kota Palembang ini, juga menerima penghargaan Industri Hijau dari Kementerian Perdagangan dan Perindustrian, serta Penghargaan Efesiensi Energi Nasional dari Kementerian BUMN.

Pada 26 November 2013, Kementerian Perdagangan dan Perindustrian Republik Indonesia kembali memberikan penghargaan Industri Hijau untuk perusahaan yang didirikan sejak tanggal 24 Desember 1959 ini.

Menurut Sulfa, PT Pusri Palembang juga membantu pelestarian lingkungan melalui penangkaran satwa, diantaranya penangkaran rusa dan burung. Disebutkannya, penangkaran rusa dimulai sejak 2008, diawali dengan mendatangkan tiga pasang rusa dari penangkaran satwa di Cisarua Bogor.

"Sekarang, jumlahnya sudah mencapai 40 ekor rusa dengan berbagai jenis. Ada rusa tutul, ada pula rusa Sambar. Di samping itu, juga ada penangkaran burung," tambahnya.

"Pada intinya, Pusri Palembang berkomitmen untuk terus menjadi perusahaan efisien dan ramah lingkungan. Karena itu, program yang berkaitan efisiensi dan ramah lingkungan akan terus digalakkan," kata Sulfa.

Acuan Perda Palembang

Sementara komitmen perusahaan menyelamatkan lingkungan, baik masalah pengolahan limbah maupun kegiatan penghijauan, ternyata menjadi acuan pihak Pemerintah Kota Palembang dan DPRD setempat dalam menyusun Rancangan Peraturan Daerah mengenai izin lingkungan.

Pada 17 Mei 2013 rombongan DPRD Kota Palembang di dampingi BLH setempat mengunjungi PT Pupuk Sriwidjajaj untuk melakukan sosialisasi terkait dengan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Kota Palembang tentang Izin Lingkungan Hidup.

Perda yang akan dibuat nantinya mengganti Perda No: 06 Tahun 2011 tentang Dokumen Lingkungan Hidup dimana sejak terbitnya Peraturan Pemerintah No: 27 Tahun 2012, maka daerah diwajibkan membuat Perda baru yang tidak memberatkan perusahaan. Rombongan dipimpin oleh Sekertaris Pansus Antoni Yuzar diikuti  anggota Pansus Muliadi, Musliman, Syahril Eddy serta di dampingi Herdian dan Budi dari BLH Kota Palembang.

Kunjungan diterima Direktur Produksi PT Pusri Djohan Safri beserta jajaran General Manajer (GM), selanjutnya rombongan berkesempatan mengikuti Plant Tour guna melihat secara langsung Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang dimiliki oleh PT Pusri Palembang.

"Kami rasa Pusri sudah cukup baik dalam mengelola limbah dan semoga dapat lebih baik lagi ke depannya," ujar Antoni di sela-sela kunjungannya. Selain lokasi IPAL, rombongan juga meninjau pembangunan penangkaran burung serta taman rusa yang dimiliki oleh PT Pusri Palembang.

"Seperti kita ketahui Pusri menaruh perhatian khusus mengenai lingkungan, selain limbah kita juga aktif dalam kegiatan penghijauan dan pelestarian keanekaragaman hayati," tutur Manajer Humas Pusri Sulfa Ganie Manajer.

Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Pusri Palembang dilaksanakan berdasarkan rancangan yang dilandasi oleh semangat untuk kemajuan bersama antara perusahaan dan seluruh pemegang kepentingan.

"Kami percaya bahwa semua kontribusi perusahaan, adalah semua yang kami impikan dalam berkarya dan berkembang bagi kemajuan bersama yang berkelanjutan" katanya.

Membangun bisnis yang berkelanjutan tidak akan bisa lepas dari usaha perusahaan dalam menata rencana masa depan. Mengoptimalkan keuntungan bukanlah satu-satunya prioritas perusahaan dalam melakukan operasi bisnis.

Sinergi antara kualitas kinerja perusahaan dengan perkembangan semua pemangku kepentingan adalah salah satu mimpi yang selalu harus diraih.  Sumber daya manusia, masyarakat dan lingkungan sekitar, serta semua pihak yang berinteraksi langsung dengan kegiatan perusahaan adalah elemen-elemen penting  diperhatikan dalam menentukan kegiatan CSR perusahaan.

Selanjutnya, keharmonisan, perbaikan kualitas, dan kemajuan bersama telah menjadi pedoman yang membangun karakter perusahaan dalam menjalankan bisnis berkelanjutan.

Sumber : http://www.antarasumsel.com/berita/281696/komitmen-pt-pusri-sebagai-perusahaan-ramah-lingkungan
Read More
news-1

24 November 2024

PT PUSRI TINGKATKAN PRODUKSI 2014

Palembang, (Antara Sumbar) - Perseroan Terbatas Pupuk Sriwidjaja Palembang, Sumatera Selatan, pada 2014 berupaya meningkatkan target produksi meskipun target yang ditetapkan pada 2013 hanya terealisasi 97 persen.

"Tahun ini realisasi produksi pupuk urea mencapai 1,9 juta ton atau 97 persen dari target yang ditetapkan, namun kami optimistis pada 2014 bisa memproduksi urea lebih banyak lagi sesuai dengan target yang ditetapkan sebesar 2,045 juta ton," kata Manajer Hubungan Masyarakat PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Sulfa Ganie di Palembang, Senin.

Dia menjelaskan realisasi produksi pupuk urea pada 2013 sebesar 97 persen dan produksi amonia sebesar 96 persen dari target yang ditetapkan, cukup baik melihat kondisi pabrik saat ini yang semuanya telah berusia tua.

Kondisi keempat pabrik PT Pusri secara umum memprihatinkan karena sudah berusia tua, pabrik yang usianya relatif paling muda adalah pabrik 1B yang dibangun pada 1994, sedangkan yang berusia paling tua adalah pabrik Pusri 2 dibangun pada 1974.

"PT Pusri sekarang ini memiliki empat unit pabrik dengan total kapasitas produksi mencapai 2,262 juta ton per tahun. Namun, karena kondisinya sudah berusia tua, beberapa tahun terakhir kemampuan produksinya tidak bisa maksimal lagi," ujarnya.

Meskipun kondisi semua pabrik berusia tua, pihaknya terus berupaya mengoperasikannya secara maksimal dengan melakukan beberapa penggantian suku cadang dan merawat mesin secara berkala.

Dengan dilakukannya penggantian suku cadang dan perawatan mesin secara berkala, kondisi pabrik pada masa mendatang diprediksi akan lebih baik sehingga optimistis peningkatan target produksi pupuk urea pada 2014 sebesar 2,045 juta ton bisa tercapai.

Pada kesempatan sebelumnya, Direktur Produksi PT Pusri Johan Syafri mengatakan dalam kondisi pabrik yang sudah tua saat ini, target produksi pupuk urea dalam tiga tahun terakhir tidak pernah tercapai.

"Produksi pupuk urea akhir-akhir ini tidak pernah tercapai sesuai target, meskipun demikian realisasi produksi yang mencapai di atas 90 persen sudah cukup baik melihat kondisi pabrik yang semuanya telah berusia tua," ujar dia.

Untuk mempertahankan kegiatan produksi pupuk urea agar tetap bisa maksimal, pihaknya secara bertahap berupaya melakukan perawatan pabrik dan melakukan penggantian suku cadang mesin pabrik sesuai dengan masa pakainya serta secara bertahap berupaya melakukan revitalisasi pabrik tersebut.  

Saat ini, sedang dilakukan pembangunan satu pabrik baru, yakni Pusri 2B, yang merupakan proyek revitalisasi pabrik yang usianya paling tua, yakni Pusri 2.

Pelaksanaan pembangunan pabrik baru proyek revitalisasi yang dimulai pada 8 April 2013 di areal komplek pabrik di kawasan Sungai Lais, Jalan Mayor Zen Palembang itu, telah mencapai 30 persen atau sesuai dengan target yang ditetapkan.

Melihat perkembangan pembangunan pabrik baru proyek revitalisasi pabrik tertua Pusri 2 itu, pihaknya optimistis pabrik baru Pusri 2B yang memliki kapasitas produksi amonia mencapai 2.000 ton per hari atau 660.000 ton per tahun dan kapasitas pabrik urea 2.750 ton per hari atau 907.500 ton per tahun bisa beroperasi pada 2015 atau paling lambat 2016, kata Johan. (*/sun)

Read More
news-1

24 November 2024

KORBANKAN MILIARAN RUPIAH DEMI SI PELAYAN SETIA
Sudah 12 tahun Sungai Musi mendangkal. Selama itu pula, kinerja distribusi PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) Palembang tak maksimal. Pendangkalan yang memicu biaya angkut tinggi, membuat pabrik tua itu pun terus berpotensi merugi. 

Mampukah Pusri melawan pendangkalan Musi? Sebagai satu-satunya jalur distribusi yang digunakan dalam kurun waktu 54 tahun terakhir, sungai sepanjang 750 kilometer (km) itu sejatinya memang telah menjadi urat nadi penyaluran pupuk PT Pusri. Melalui sungai yang membentang kota Palembang itu, Pusri hingga kini mampu memenuhi kebutuhan pupuk urea untuk petani ke berbagai penjuru negeri.  

Sayang di tengah perjalanan, Musi nyatanya tak bisa menjadi pelayan yang setia bagi keluar masuknya pupuk-pupuk yang dibutuhkan para petani. Masalah pendangkalan kedalaman alur Musi di sekitar dermaga dan ambang luar (Muara Sungsang) yang semakin parah terus menjadi masalah klasik. Ibarat penyakit, gejala ini semakin membuat keuangan Pusri tak nyaman.  

“Masalah ini sudah lama mengganggu, karena isi kapal angkut berkurang, setahun Pusri bisa kehilangan sampai 250.000 ton. Kerugiannya bisa dihitung sendiri,” ujar Direktur Utama PT Pusri Palembang, Musthofa, pada Peringatan HUT Pusri ke-54, 10 Desember lalu. Hal ini juga dibenarkan Sekretaris Perusahaan PT Pusri, Zain Ismed.  

Menurutnya, pendangkalan di sekitar alur Sungai Musi memang memicu terjadinya dead freight (potensi kerugian) bagi Pusri. “Ada dead freight (potensi kerugian) sampai 1.500–2.000 ton tiap satu kali angkut. Jadi memang tidak efisien,” ujarnya. Dead freight mau tak mau harus ditanggung Pusri sejak belasan tahun silam, karena kapal- kapal kecil pengangkut urea curahnya hanya mampu mengangkut 6.000–7.000 ton pupuk.  

Alhasil, kapasitas angkut normal kapal existing milik Pusri yang mencapai 8.500 ton, selalu gagal diisi penuh. Usia kapal yang sudah di atas 30 tahun juga semakin melengkapi masalah. “Kapalnya tidak bisa diisi penuh 8.500 ton karena sungai dangkal. Jadi, selalu sisa 1.500 –2.000 ton, gara-gara ini biaya angkutnya naik. Kalau tadinya selesai diangkut tiga kali, sekarang harus empat kali. Jelas ada dead freight. Kalau dipaksakan bisa tenggelam,” tuturnya.  

Sejak pendangkalan itu mengganggu, tak banyak yang bisa dilakukan pabrik pupuk urea tertua di Indonesia itu. Alternatif pilihannya hanya mengurangi tonase pupuk yang diangkut, agar kapal bisa masuk Dermaga. Inefisensi pun menjadi PR lama yang tak berkesudahan. Hingga suatu hari Pusri akhirnya memilih ikut patungan untuk melakukan pengerukan bersama beberapa BUMN, seperti Pertamina dan PT Bukit Asam agar kapasitas angkut kapal kembali normal, sekaligus meminimalisasi dead freight yang terjadi. Pengerukan itu mulai dilakukan sekitar tahun 2000-an.  

Tak tanggung-tanggung, setiap tahun tak kurang Rp5 miliar digelontorkan Pusri untuk mengurangi potensi kerugian akibat pendangkalan yang terjadi. Sayang, upaya dan pengorbanan finansial yang tak sedikit itu tak banyak membantu karena hasil pengerukan tak sesuai yang diharapkan. Kondisi inilah yang membuat Pusri akhirnya menghentikan kerja sama pengerukan. Karena tak ada jalan lain, Pusri pun harus kembali memutar otak untuk mencari strategi.  

Sementara menanti jalan keluar baru, Pusri pun harus mengeluarkan biaya transportasi ekstra untuk tetap melancarkan distribusinya dengan kapal- kapal kecil mereka. Pembiaran pendangkalan Sungai Musi oleh pemerintah membuat peningkatan biaya aktivitas ekonomi pabrik ini semakin menjadi-jadi. “Kerugian itu ada, yang pasti ongkos angkut kami naik menyebabkan biaya produksi ikut naik. Kalau biaya produksi sudah naik tinggi, kita jadi susah bersaing di pasaran. Itu juga menjadi ancaman,” ujarnya.  

Sebagai perusahaan strategis, Pusri tak mau lagi tinggal diam. Mereka pun mulai mencari cara dan strategi melawan perubahan alam ini. Tanggung jawab atas ketersediaan pupuk untuk ketahanan pangan nasional, pun menjadi beban sekaligus motivasi. Setelah melakukan, Pusri akhirnya tak mau lagi melakukan pengerukan. Pusri memilih cara baru melawan pendangkalan Musi yang terus terjadi.  

Melalui proses tender di pertengahan tahun 2012, tepatnya pada tanggal 10 Desember, akhirnya PT Pusri melakukan penandatanganan kontrak kerja sama dengan PT Anggrek Hitam (Batam) untuk membuat kapal angkut khusus yang bisa tetap mengangkut pupuk urea sampai kondisi pendangkalan paling kritis di Sungai Musi. Mulai hari itu, dibuatlah Kapal Self Proppelled Urea Barge (SPUB) yang dinamai menjadi PUSRI INDONESIA – I. 

Kapal itu kini jadi satu-satunya harapan dan senjata Pusri melawan pendangkalan Musi. Kapal ini didesain sangat handal meski alur sungai memiliki draf sangat rendah. “Pusri mengeluarkan 14,9 JutaDolaruntukmembuatkapal flat bottomini,” ujar Project Control pembangunan Kapal SPUB, Puji Lestario baru-baru ini. Puji mengatakan, kesepakatan manajemen menciptakan desain kapal angkut model ini bukan tanpa alasan. 

Pendangkalan yang sudah dirasa semakin mendesak mau tidak mau memaksa Pusri menyiapkan sarana distribusi baru yang mumpuni. Apalagi, produksi Pusri yang saat ini mencapai 1,3 juta ton per tahun akan meningkat tajam seiring rampungnya proyek pabrik lini II tahun 2015. “Pusri itu punya 7 kapal urea dan amoniak, tapi hampir semua kapal itu berusia tua terutama kapal amoniak. Kalau tidak dibuatkan kapal SPUB ini, nanti kalau pabrik Pusri II B produksi, kapal existing ini bisa keteteran mendistribusikan pupuk,” ujarnya. 

Untuk itu, sebelum Pabrik II B Pusri rampung tahun 2015, kapal SPUB ini kata Puji harus sudah siap dioperasikan lebih dulu. Selain andal melewati alur dangkal, kapal ini juga bisa menghemat biaya distribusi PT Pusri dibandingkan Pusri harus menggunakan alternatif lain semisal jalur darat. Dengan spesifikasinya yang tangguh di alur dengan draf rendah, SPUB ini menjadi harapan baru untuk mengamankan kendala shipping out dalam distribusi urea dari pusat produksi Palembang. 

Meliputi wilayah distribusinya, yakni Sumsel, Jambi, Bengkulu, Babel, Lampung, Banten, DKI, DIY, dan Jawa Tengah. Efisiensi pun menjadi sangat mungkin dilakukan dengan optimalisasi muatan kapal. Dengan kapal PUSRI INDONESIA – I baru ini nanti, pupuk urea yang dapat diangkut bisa mencapai 8500 ton, meski alur kedalaman Musi dan sekitar dermaga hanya mencapai 4,2 meter (kedalaman paling kritis atau terjelek). 

Demikian halnya saat air sedang pasang, kapasitas angkut SPUB bisa jauh lebih besar mencapai 11.000 ton pupuk. Dengan kapal baru ini, Pusri otomatis tidak perlu khawatir lagi soal pendistribusian, karena kapasitas angkut sudah bisa mengimbangi target produksi ke depan mencapai 2,1 juta ton. Keamanan ketahanan pangan pun bukan lagi jadi persoalan mengganggu. “Kapal ini mampu mengatasi pendangkalan sampai 15 tahun. Setelah kurun waktu itu, perubahan pasti ada lagi. Sampai November 2013, progres SPUB ini sudah mencapai 63,3%” tuturnya. 

Untuk menanggulangi imbas pendangkalan, Pusri tak hanya mengandalkan kapal baru itu saja. Berbagai upaya lain termasuk mengajak masyarakat sekitar pabrik menanam bambu di bantaran sungai juga terus mereka galakkan. Untuk upayanya yang satu ini, sejak 2013, tak kurang sepanjang bantaran Sungai sudah ditanami bambu, dengan harapan dapat mengurangi abrasidi sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS). 

Selain itu, Pusri juga tetap melakukan pengerukan rutin terutama di daerah dermaga, di mana putaran lumpur cenderung cepat menumpuk dari waktu ke waktu. Terpisah, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Palembang (Adpel) Henry Tondang mengakui, pendangkalan memang terjadi di beberapa titik di alur Sungai Musi. Terutama di Muara Sungsang (ambang luar) yang menjadi pertemuan air sungai dan laut atau yang mereka kenal sebagai titik C2 dan C3. 

Selain di lokasi tersebut, beberapa pendangkalan baru juga terpantau mereka, seperti di daerah Upang dan Pulau Payung. Pendangkalan di titik ini diakuinya mulai cukup mengganggu keluar masuk kapal terutama saat air sedang surut. Tingginya pendangkalan ini membuat kapalkapal yang akan masuk ke pelabuhan harus dipandu agar tidak terjebak dan kandas. “Pendangkalan itu memang adadanpalingrawandiC2danC3. Kita menyebutnya ambang luar atau Muara Sungsang. Pendangkalan di sini sampai 2 meter. Makanya terus kita keruk, cuma itu dia dana kita kanterbatas. Pengerukan hanya bisa dilakukan setahun sekali,” ucapnya. 

Kuatnya arus pertemuan dari Banyuasin ke muara Sungsang membuat sedimentasi di bagian ini masuk kategori sedimentasi tingkat tinggi. Pendangkalan pun sering terjadi karena adanya penumpukan lumpur. Lumpur dan kotoran sampah ini terbawa dari daratan, baik berupa sampah biasa, partikel tanah, maupun kayu gelondongan. Akibatnya, kedalaman alur sangat tergantung dengan pasang surut air laut. 

Akibat pendangkalan ini kapalkapal yang hendak masuk ke pelabuhan pun diakuinya harus bisa menyesuaikan jadwal dengan kondisi pasang surut Musi. “Supaya pendangkalannya jangan semakin parah perlu kerja sama semuanya. Jangan menggunduli tanaman dan buang sampah di sungai. Karena kalau kapal industri sudah tidak masuk lagi, kita bisa merugi semuanya,” ungkapnya.


KOMALASARI Palembang


Read More
news-1

24 November 2024

Terobosan Pusri Menuju Efisiensi Penggunaan Energi
HARGA harga bahan bakar minyak (BBM) yang cenderung terus naik, membuat dunia usaha menoleh ke sumber energi alternatif yang lebih murah dan tersedia melimpah.

Salah satunya batu bara. Indonesia mempunyai cadangan bahan tambang itu dalam jumlah besar, yakni sekitar 19,3 miliar ton. Hingga kini, pemanfaatannya di dalam negeri masih kecil. Dari produksi rata-rata 131,72 juta ton per tahun yang dipergunakan baru 32,91 juta ton per tahun, sedangkan sisanya diekspor. Biaya pemakaian sumber energi itu jauh lebih murah ketimbang BBM.

Untuk memproduksi 1 ton steam jenuh 5 bar per jam berbahan bakar batu bara, misalnya, bisa menghemat biaya Rp 415 juta lebih per tahun. Sementara itu, penggunaan batu bara untuk boiler pada industri serat sintetis, mampu menurunkan biaya energi sebesar 30%, sedangkan pada pembangkit listrik penurunannya mencapai 40%.

Memang perlu diakui, selain keunggulannya, batu bara punya kelemahan. Pembakarannya menghasilkan CO2 yang merupakan gas rumah kaca dan berbahaya bagi lingkungan. Di samping itu, menghasilkan sulfur dioksida ketika dibakar.

Di atmosfer, senyawa tersebut menjadi asam sulfur, yang memicu iritasi paru dan merupakan komponen utama hujan asam. Meski demikian, saat ini sudah tersedia teknologi untuk mengatasi kelemahan tersebut. Para pakar juga terus mengkaji agar dampaknya terhadap lingkungan menjadi nol. Ke depan, dengan pertimbangan efisiensi dan berbagai kelebihan yang dimiliki, batu bara dipastikan akan kian dilirik oleh kalangan industri.

PT Pusri Palembang, contohnya, telah menggandeng produsen batu bara PTBukit Asam Tbk dalam mengurangi penggunaan gas untuk kebutuhan sehari-hari di luar bahan baku. Kedua pihak sudah melakukan Head of Agreement (HoA) untuk melakukan studi kelayakan proyek gasifikasi.

Bukit Asam menyatakan sanggup mengalokasikan area khusus untuk proyek tersebut. Gasifikasi membutuhkan konsistensi pasokan batu bara minimal selama 20 tahun, sehingga dibutuhkan lokasi khusus. Kurang dari angka itu proyek tidak bankable, sehingga sudah mencari pendanaan.

TEROBOSAN 

Apabila semua berjalan lancar, empat tahun ke depan proyek gasifikasi bisa selesai. Diperkirakan efisiensi gas yang bisa dilakukan paling tidak 25% dari kebutuhan utilitas perusahaan. Saat ini, Pusri Palembang yang memasok pupuk urea bersubsidi ke Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jambi, Bangka-Belitung, Jateng, dan Banten, membutuhkan gas hingga 225 juta kaki kubik per hari.

Namun, karena pasokan dari Pertamina EP, Medco, dan Pertagas hanya 200-205 juta kaki kubik per hari, kapasitas pabrik yang termanfaatkan hanya 90%. Kendati demikian, Pusri tetap mampu memenuhi pasokan urea pupuk bersubsidi yang merupakan penugasan pemerintah sebesar 1,293 juta ton pada tahun ini. Sulfa Ganie, Manajer Humas PT Pusri Palembang menyatakan, pihaknya telah banyak melakukan terobosan dalam upaya efisiensi.

Dari penggunaan gas untuk operasional sehingga mengefisiensikan penggunaan listrik, mengurangi penggunaan energi gas dengan substitusi energi dari batu bara, sampai revitalisasi pabrik tua dengan membangun yang baru. Peletakan batu pertama pabrik baru yang diberi nama Pabrik II-B dilakukan April 2013. Fasilitas itu untuk mengganti Pabrik II yang hampir berusia 40 tahun.

Pabrik II-B akan menambah kapasitas produksi sebesar 660.000 ton pupuk amoniak serta 907.500 ton pupuk urea per tahun. Lebih dari itu, pabrik baru akan menghemat konsumsi energi gas bumi hampir 12 million metric british thermal unit (mmbtu) per ton urea dari 33,98 mmbtu per ton urea menjadi 22 mmbtu per ton urea.

‘’Tak kalah penting, Pabrik II-B sangat ramah lingkungan dan insya Allah berope rasi Desember 2015 mendatang,’’jelasnya. Terobosan lain terkait dengan efisiensi adalah penerapan proyek Steam Turbin Generator boiler batu bara (STG) atau substitusi dari gas bumi ke batu bara. Melalui STG, Pusri menghemat pemakaian gas bumi sebesar 17 million cubic feet per day standard (mmscfd), yang akan dialokasikan ke gas proses Pabrik II-B.

OPTIMALISASI

Dari sisi biaya, penggunaan batu bara juga menurunkan biaya steamsekitar 6 dolar AS per ton, serta menghemat biaya listrik 0,12 dolar AS per kilo watt hour (KWh).

Pusri juga telah lama melakukan optimalisasi pemanfaatan tail gas yang diolah melalui unit pengolah limbah gas atau Purge Gas Recovery Unit (PGRU). Jika sebelumnya ada yang terbuang ke atmosfer, sekarang tail gas dimanfaatkan sebagai gas bakar. Nilai penghematan energinya mencapai 0,4 mmbtu per ton NH3.

Belum lama ini dilakukan penggantian unit PGRU Pusri-IV dari cryogenic menjadi membrane dengan penghematan energi 3,79 mmbtu per ton NH3 atau setara 20.000 dolar AS per hari. Pada intinya, perusahaan berkomitmen terus menjadi perusahaan yang efisien dan ramah lingkungan.

Program-program yang berkaitan dengan kedua hal itu terus digalakkan. Jadi, tak mengherankan kalau BUMN tersebut menerima berbagai penghargaan yang berhubungan dengan lingkungan dan efisiensi, khususnya energi.

Penghargaan yang diperoleh selama tahun ini adalah ‘’Proper Hijau’’ untuk kinerja lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Lalu, ‘’Industri Hijau’’ dari Kementerian Perindustrian dan ‘’Efisiensi Energi Nasional’’ kategori inovasi khusus dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Di samping itu, ‘’Indonesia Green Award’’ kategori pelestari keanekaragaman hayati; serta pelopor pengolahan sampah dan pencegahan polusi.

Oleh Bambang Tri Subeno-79
di edit oleh Humas PT Pusri
Read More
news-1

24 November 2024

PT Pusri Raih Lima Penghargaan Selama 2013
Palembang (ANTARA Sumsel) - Perseroan Terbatas Pupuk Sriwidjaja Palembang, Sumatera Selatan, sepanjang 2013 ini telah meraih lima penghargaan tingkat nasional. "Penghargaan yang diraih tersebut merupakan wujud kerja keras seluruh karyawan untuk kemajuan perusahaan," kata Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Musthofa pada acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-54 PT Pusri di Palembang, Selasa. Menurut dia, penghargaan yang diperoleh selama tahun ini yakni peringkat "Proper Hijau" untuk penilaian kinerja lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Kemudian penghargaan "Industri Hijau" dari Kementerian Perindustrian, penghargaan "Efisiensi Energi Nasional" kategori inovasi khusus dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Penghargaan "Indonesia Green Award" kategori pelestari keanekaragaman hayati, pelopor pengolahan sampah dan pencegahan polusi, serta penghargaan "Corporate Secretary and Public Relations Award" dari Media Pekerja BUMN, katanya. Penghargaan yang diperoleh selama 2013 ini diharapkan pada tahun-tahun mendatang bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan lebih banyak lagi. Dengan banyaknya penghargaan yang bisa diraih, dapat menjadi motivasi karyawan dan manajemen mewujudkan peningkatan nilai perusahaan melalui pengembangan usaha, peningkatan produktivitas, serta kepedulian lingkungan, kata Musthofa.

Editor: Yudi Abdullah COPYRIGHT © 2013
Read More
Layanan Pelanggan Report Governance Public Info FAQ