09 June 2015
Antusias. Begitulah kesan yang terlihat dari ibu-ibu rumah tangga di RT 08, RW 03, Kelurahan Sei. Selayur, Kecamatan Kalidoni, Palembang. Dengan antusiasnya, mereka menceritakan pengalaman ketika berbudidaya cabai dan tomat.
Bu Indra, misalnya, ibu rumah tangga yang juga sebagai kepala RT ini menuturkan bercocok tanam bukanlah hal yang baru bagi dirinya. Bahkan, bercocok tanam merupakan salah satu hobi yang digemarinya selama ini.
Meski sudah berumur lebih dari setengah abad, perempuan yang pernah menjadi serdadu ini juga masih aktif bercocok tanam di pekarangan rumahnya. Hal ini terlihat dari banyaknya pot-pot yang berserakan. “Itu bekas bibit, sekarang sudah besar (terong),” katanya.
Bu Indra merupakan salah satu warga binaan dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri). Bersama dengan ibu-ibu rumah tangga lainnya, Ibu Indra membentuk Kelompok Tani Gemilang II.
Mereka mendapatkan bibit sebanyak 400 pot tanaman dari Pusri. Selain bibit, kelompok tani tersebut juga mendapatkan pendampingan dalam budidaya tanaman, mulai dari penyiapan media tanam, penanaman, pemupukan hingga panen.
Bu Indra mengaku warga RT 08 cukup antusias dengan program pemberdayaan mayarakat dari Pusri tersebut. Pasalnya, pada 1998 yang lalu, kelompok taninya pernah mendapatkan penghargaan kelompok tani terbaik se-kotamadya.
Hal ini juga tidak terlepas dari perilaku warganya yang mengedepankan sifat kebersamaan atau gotong-royong, sehingga program apapun dari pemerintah siap dijalankan. “Kalau ada program dari pemerintah, kami pasti jalankan sebaik-baiknya,” tuturnya.
Sementara itu, anggota Kelompok Tani Gemilang II lainnya, Ibu Nurimah mengaku senang bisa masuk dalam PKBL Pusri. Selain menambah ilmu, budidaya tanaman cabai dan tomat juga menambah sedikit pendapatannya.
“Saya kan punya usaha catering kecil-kecilan juga. Nah, saat panen kemarin, hasil kelompok itu saya borong. Lumayan dapat korting Rp5.000 per kg. Harga cabai di pasar kan sekarang lumayan tinggi Rp20.000 per kg,” ujarnya
Ibu Nurimah berharap program pemberdayaan masyarakat dari Pusri ini bisa kembali berlanjut kedepannya. Menurutnya, apabila bantuan program tersebut lebih besar, dampaknya pun bakal lebih besar juga.
Di tempat berbeda, Manajer Humas Pusri Sulfa Ghanie mengatakan PKBL atau biasa disebut Corporate Sosial Responsibility (CSR) dari Pusri tersebut bertujuan agar masyarakat mampu secara mandiri meningkatkan kesejahteraannya.
“Program ini tentunya tidak hanya semata-mata membagikan bibit, tetapi bagaimana menciptakan kegiatan CSR yang inovatif , unggul dan sustainable sehingga bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan lingkungan,” tuturnya.
Dari program CSR Pusri yang berkelanjutan tersebut, Sulfa berharap akan muncul kampung cabai atau kampung-kampung hortikultura lainnya di sekitar kawasan Pusri dalam waktu 2-3 tahun mendatang.
Dalam tahap pertama ini, dari 14 kelompok tani yang ikut program CSR, hanya 4 kelompok tani yang dapat dikembangkan lebih lanjut atau berhak mengikuti program tahap kedua. Rata-rata anggota kelompok merupakan perempuan dengan status pendidikan SMA.
Rencananya, pada tahap kedua ini, 4 kelompok tani akan mulai diajarkan konsep pengembangan agribisnis dalam budidaya tanaman tersebut. Pusri sendiri sudah mempersiapkan sekitar 50 ton pupuk organik bagi kelompok tani binaan.
Sementara itu, Supervisor Bina Lingkungan Pusri Suhardi mengatakan pendampingan dan pengawasan secara berkesinambungan terhadap program CSR tersebut menjadi bagian yang juga penting agar sasaran yang ingin dicapai bisa terealisasi.
“Dalam jangka pendek, kami harap program CSR ini juga bakal menggugah masyarakat sekitarnya untuk ikut memanfaatkan lahan pekarangan dalam memenuhi kebutuhan sayuran sehari-harinya,” tuturnya.
Editor : Yoseph Pencawan
Ringkang Gumiwang
http://sumatra.bisnis.com/
Bagikan
22 November 2024
PUSRI RAIH PENGHARGAAN TERTINGGI PLATINUM DI AJANG SNI AWARD 2024