Minim, Jatah Pupuk Bersubsidi 214.237 Ton
Mengejar target produksi pada tahun 2007, Provinsi Sumsel mendapatkan jatah alokasi pupuk bersubsidi 214.237 ton. Hal itu sesuai dengan alokasi Permentan No 66/Permentan/OT.140/12/2006. Padahal, total kebutuhan yang diusulkan ke pusat 772.891,84 ton.
"Ada kekurangan alokasi pupuk subsidi untuk Sumsel sebesar 558.674,84 ton. Hanya saja, nanti kita akan menerapkan teknologi baru seperti Nutrisi Saputra dan jenis pupuk organik lainnya," ungkap Ir H Trisbani Arief MM, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumsel, di ruang kerjanya, kemarin (2/2).
Dijelaskan, mengacu Permentan, alokasi pupuk bersubsidi untuk Urea sebanyak 160 ribu ton, SP-36 (36.557 ton), ZA (5.233 ton), dan NPK Phonska (12.427 ton). Jumlah itu tidak berbeda jauh dari tahun 2006 lalu, dimana Urea (160 ribu ton), SP-36 (40 ribu ton), ZA (4.200 ton), dan NPK Phonska (3 ribu ton).
Menurut Trisbani, saat pengusulan 2007, urea dimintakan 413.930,78 ton, SP-36 (303.777,25 ton), ZA (18.888,82 ton), dan NPK Phonska ( 36.294,99 ton). "Dilihat dari usulan masing-masing sektor kebutuhan, jelas alokasi pupuk bersubdisi ini masih sangat kurang."
Ia menyebutkan, urea untuk kebutuhan tanaman pangan dan holtikultura (TPH) dibutuhkan 147.652,42 ton. Alokasinya hanya 118.747 ton. Perkebunan butuh 166.770,36 ton, dialokasikan 35.302 ton. Terakhir, perikanan dibutuhkan 99.344 ton, alokasi 5.478 ton.
Diungkapnanya, dari enam Provinsi di Indoensia, Sumsel ditunjuk menjadi salah satu daerah penyangga beras nasional sebesar 2 juta ton. Pada tahun 2007, pusat menargetkan peningkatan produksi beras Sumsel mencapai 80 ribu ton. Provinsi lain, Jawa Timur (Jatim) menjadi penyangga nasional terbesar 1 juta ton. Diikuti provinsi penyangga lainnya seperti Jateng, Jabar, Sulsel, dan Lampung.
Menruut Trisbani, ditunjuknya Sumsel menjadi salah satu penyangga beras nasional, cukup beralasan. Sudah sejalan dengan target Sumsel lumbung pangan dengan pencapaian sasaran produksi beras pada tahun 2007 sebesar 180 ribu ton.
"Sebenarnya sudah tidak ada masalah target pusat 80 ribu ton. Sebab, sasaran kita di atas itu. Target pesimis kita sekitar 100 ribu ton bisa tercapai. Dan target pencapaian sudah diinstruksi kepada kabupaten/kota 180 ribu akan terus dikejar," imbuhnya.
Saat ini, Sumsel melakukan penambahan luas areal persawahan 47 ribu ha yang tersebar di 14 Kabupaten/Kota. Di samping, mengajukan alokasi tambahan pupuk subsidi sebesar 73.679 ton.
"Kita ada peluang meminta tambahan alokasi pupuk karena kita menjadi salah satu sentra penyangga beras nasional. Memang permintaan tidak banyak, tetapi dihitung dari efisiensi penggunaan pupuk untuk areal perluasan tambahan. Sebab, cadangan pupuk nasional hanya sekitar 200 ton," ungkapnya.
Khusus untuk areal baru seluas 47 ribu ha, Trisbani mengungkapkan, ada bantuan khusus dan pengawalan dari pemerintah pusat. Di antaranya dilakukan pembinaan. Jika terjadi sesuatu dan petani tidak mampu untuk menanam kembali, pemerintah akan turun tangan. Tetapi di luar kendalam kondisi banjir dan kekeringan.
Diperkirakan, dari tambahan areal ini pencapaian produksi 372.270 ton gabah kering giling (GKG). Secara keseluruhan, target produksi pada 2007 sebesar 2.856.252 ton GKG atau setara dengan 1.805.151 ton beras dengan areal panen seluas 675.172 hektare.
Sekadar mengingatkan, realiasasi pada 2006 dari target sebesar 1,7 juta ton terealisasi 1,5 juta ton dengan luas areal panen 630.195 hektare. "Memang target kita tidak terkejar karena kondisi alam pada 2006. Hanya masih berada diatas target nasional kenaikan 5 persen kita 7 persen. Makanya, kekurangan target pada tahun lalu kita kejar pada 2007 dan harus kerja keras," pungkasnya.(19)
Baca Selengkapnya