27 August 2015
Jakarta – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akhir-akhir ini, tidak menghambat kegiatan pembangunan satu pabrik baru proyek revitalisasi pabrik tua milik PT Pupuk Sriwidjaja dan proyek pengembangan lainnya.
“Pembangunan pabrik baru tidak terganggu dengan kondisi pelemahan nilai tukar rupiah. Pembangunan hampir selesai, hingga Agustus 2015 ini telah mencapai 93 persen dan tidak ada lagi pembelian barang yang harganya ditentukan berdasarkan dolar Amerika Serikat,” kata Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri), Musthofa, di Palembang, dikutip dari Antara di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan, perkembangan pelaksanaan pembangunan satu pabrik baru dalam rangka revitalisasi pabrik paling tua milik PT Pusri, yakni pabrik Pusri II yang dibangun pada 1974, hingga kini berjalan sesuai rencana yang ditetapkan.
Proyek revitalisasi pabrik tua yang dimulai sejak 8 April 2013 hingga Agustus 2015 ini tidak ada masalah, semua kegiatan pembangunan berjalan sesuai target dan jika tidak ada hambatan yang berarti pada Desember nanti sudah mulai beroperasi lagi.
Menurut dia, saat ini PT Pusri memiliki empat pabrik dengan total kapasitas produksi mencapai 2,262 juta ton per tahun, namun karena kondisinya sudah tua, kapasitas produksi tersebut beberapa tahun terakhir tidak pernah tercapai secara maksimal.
Kondisi empat pabrik tersebut rata-rata usianya 35 tahun ke atas, sedangkan idealnya usia pabrik pupuk maksimal 20 tahun. “Semua pabrik PT Pusri di Palembang kondisinya memprihatinkan karena sudah berusia tua. Pabrik yang usianya relatif paling muda adalah pabrik Pusri IB yang dibangun pada 1994,” ujarnya.
Guna meningkatkan produksi pupuk urea dan amonia, pihaknya berupaya secara bertahap melakukan revitalisasi pabrik tua dengan prioritas revitalisasi pabrik paling tua, yakni pabrik Pusri II yang dibangun pada 1974. Proyek revitalisasi pabrik paling tua yang sedang berjalan sekarang ini dikerjakan oleh konsorsium PT Rekayasa Industri dan Toyo Engineering Corporation, dengan nilai investasi Rp 7,4 triliun.
Pabrik Pusri IIB menggunakan teknologi KBR Purifier Technology, untuk pabrik amonia, dan teknologi Aces 21 milik Toyo dan Pusri sebagai colicencor untuk pabrik urea. Kapasitas produksi terpasang pabrik amonia mencapai 2.000 ton perhari atau 660.000 ton per tahun, dan kapasitas pabrik urea 2.750 ton per hari atau 907.500 ton per tahun.
Pabrik Pusri IIB dengan teknologi baru, selain ramah lingkungan juga menghemat bahan baku gas, dengan rasio pemakaian gas per ton produk 31,49 MMBTU per ton amonia dan 21,18 MMBTU per ton urea.
Jika proyek revitalisasi tersebut berjalan sesuai rencana, satu pabrik baru tersebut diperkirakan sudah mulai berproduksi pada penghujung 2015 yang diharapkan dapat meningkatkan produksi pupuk urea hingga 2,61 juta ton per tahun, kata Musthofa pula.
Sebelumnya, diwartakan, produksi pupuk urea empat pabrik PT Pupuk Srwidjaja (Pusri) Palembang Sumatera Selatan sejak Januari hingga Juni 2015 berjalan normal dan sesuai dengan target yang ditetapkan. “Hingga Juni ini realisasi produksi urea keempat pabrik mencapai 700.000 ton lebih, kegiatan produksi itu diupayakan tetap normal mengingat kondisi pabrik yang dimiliki sekarang ini seluruhnya sudah berusia tua, “kata Manajer Hubungan Masyarakat Pusri Sulfa Ghanie.
Dengan lancarnya kegiatan produksi keempat pabrik pupuk urea yakni pabrik Pusri 2, Pusri 3, Pusri 4, dan Pabrik Pusri IB stok pupuk di tingkat pabrik (lini-1) dan sentra produksi pertanian atau tingkat kabupaten (lini-3) di sembilan provinsi wilayah kerja PT Pusri tersedia cukup banyak.
HARIAN EKONOMI NERACA
Share
22 November 2024
PUSRI RAIH PENGHARGAAN TERTINGGI PLATINUM DI AJANG SNI AWARD 2024