21 November 2013
Tribun Sumsel- Sejak Mei tahun 2011 pemerintah meluncurkan Program Gerakan Peningkatan Produktivitas Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) yang melibatkan Perum Perhutani, PT Sang Hyang Seri, PT Pusri (Holding) dan PT Inhutani.
Perencanaan GP3K di lingkungan BUMN ini merupakan bentuk dukungan BUMN dalam rangka program ketahanan pangan nasional dengan target surplus beras nasional 10 juta ton dalam kurun waktu 2011-2015.
Pada sinergi ini petani menyediakan lahan dan menggarap, sedangkan BUMN melakukan pengawalan dan menyediakan modal pengolahan lahan, benih, pupuk dan pestisida.
Program ini direspon dengan cepat salah satu perusahaan yang ditunjuk untuk melaksanakan GP3K, yakni PT Pusri Palembang. Hanya berselang lima bulan, PT Pusri bersama Bupati OKU Timur H Derman Deru, pada 12 Oktober 2011 melakukan panen perdana padi sawah yang masuk dalam program GP3K tersebut. Petani berhasil meningkatkan produksi dari rata-rata 4,65 ton Gabah Kering Giling (GKG) menjadi 8 ton GKG. (Sripo, (13/10/2011).
Eko Sunarko Dirut PT Pusri Palembang menjelaskan, panen raya program GP3K perdana itu meliputi persawahan seluas 620 hektare, yang penanamannya pada bulan Juli 2011. Lahan yang masuk program GP3K tersebut, merupakan milik petani yang diolah sendiri, namun diawasi langsung tim dari Pusri dan dinas serta instansi terkait.
Tahu Permasalahan Terkait
Dua tahun berselang program GP3K terus digencarkan khususnya di wilayah Sumsel dengan memperluas areal tanam tak hanya di OKU Timur, tapi juga Banyuasin, Ogan Komering Ilir dan beberapa wilayah di kabupaten/kota di Sumsel.
Banyak ilmu yang PT Pusri dapatkan melalui program GP3K ini. Menurut Irwan Azis Kepala Komite Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K), PT Pusri semakin mengenal dan mengetahui permasalahan petani yang merupakan user produk pupuk yang dihasilkan PT Pusri.
Dikatakan salah satu penyebab tidak maksimalnya hasil panen di tingkat petani, karena kurang disiplin dalam menggunakan sarana dan prasarana produksi, seperti penggunaan pupuk, pemakaian benih yang tidak unggul dan lain-lain. “Indonesia yang notabene lebih maju dibanding Vietnam, ternyata untuk sisi produksi panen kalah dengan Vietnam. Kita masih di kisaran 5-6 ton per hectare (ha) gabah kering giling (GKG). Vietnam sudah 9 ton per ha”, katanya. Dikatakan, GP3K ditopang dana dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Dana ini dipinjamkan untuk mengawal mulai dari teknologi, penyediaan sarana dan prasarana pertanian (saprotan).
“Seluruh kebutuhan sarana produksi petani dibantu dalam bentuk pinjaman natura dan innatura selanjutnya dikembalikan atau dibayar petani setelah panen,” kata Irwan seraya menambahkan diharapkan terjadi peningkatan produksi padi, sehingga tahun 2014 bisa mencapai surplus 10 juta ton beras.
Selama hampir dua tahun berjalan, program GP3K ini semakin dikembangkan. Total dana yang disalurkan mencapai Rp 45 miliar meliputi wilayah Sumbagsel, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Banten. “Pusri Palembang mendapat tugas untuk membantu 240 ribu ha lahan, dan sudah terealisasi semuanya. Hingga kini yang sudah panen mencapai 122 ribu ha lebih,” ujar Irwan. Khusus di Sumsel, program ini juga sudah menunjukkan keberhasilan. Misalnya untuk OKU Timur sudah mampu menghasilkan panen 8 ton per ha.
10 Ton GKG/Ha
Selain di OKU Timur, target wilayah yang disasar PT Pusri di Provinsi Sumsel adalah Banyuasin dan Musirawas yang baru tahap pengenalan GP3K.
Di Musirawas, PT Pusri Palembang yang tergabung dalam Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) memberikan bantuan tenaga teknis kepada petani tentang pemberian pupuk. Alhasil, sebanyak 10,183 ton per hectare (ha) Gabah Kering Giling (GKG) per ha, dihasilkan oleh racikan dari perusahaan kebangaan masyarakat Sumsel.
Hasil ini terlibat saat melaksanakan uji penggunaan pupuk berimbang padi sawah, di lahan Demontration Plot (Demplot) PT Pusri yang digelar petani Desa S Kertosari Kecamatan Musirawas, (21/10) lalu.
Kepala Pemasaran Pupuk Daerah (PPD) PT Pusri Palembang, I Wayan Sadia mengatakan, Pusri memberikan penyuluhan teknologi pemberian dosis anjuran yang diterapkan oleh PIHC. Melihat kontur serta pengoptimalan lahan, maka dosis 5:3:2 (Organik-NPK-Urea) sangat tepat untuk dipakai di Purwodadi.
Maka dari itu, dia sangat berharap pola pemakaian pupuk berimbang, selalu digunakan petani dalam memulai musim tanam padi agar semakin maksimal hasilnya. “Dosis yang dianjurkan kepada petani di Purwodadi oleh tenaga penyuluh, terbukti telah mampu menghasilkan panen padi melebihi target sebanyak 8 ton. Itu juga tidak terlepas dari perhatian Pusri yang terus memantau hasil dari mulai tanam sampai panen,” ungkapnya.
Wayan membandingkan, hasil yang dicapai oleh PT Pusri dalam panen Demplot ini, sangat jauh kemajuannya disbanding rumusan dari dinas pertanian dan kebiasaan petani bertanam selama ini. Selisih hasil panen sangat jauh hamper sekitar 2-3 ton per ubinnya.
“Dari sini saja kita menilai selama ini hasi panen tidak maksimal. Tapi setelah Pusri turun tangan membina dan membuat racikan hasilnya melampaui target mencapai 10 ton setiap satu hectare-nya,” terang Wayan.
Pria asal Pulau Dewata ini mengimbau petani agar membentuk GP3K. Adapun keuntungan dari penerangan program ini, yaitu petani bisa lebih optimal dalam penghasilan panen setiap musimnya. “Keuntungannya, mulai dari pengawasan hingga pemupukan, akan dipantau terus menerus,” jelas Wayan.
Ketua Kelompok tani Setia Tani Desa S Kertosari Maryono mengatakan, kelompoknya sangat terbantu dengan bantuan pemberian pupuk yang diterapkan oleh PT Pusri.
“Kita harapkan PT Pusri tetap memberikan bantuan dan dukungan, baik masalah penyuluhan sampai ketersediaan pupuk bagi petani sehingga tidak ada lagi kelangkaan pupuk,” harap Maryono.
Di Kabupaten Banyuasin, GP3K sudah lebih dulu berjalan. Salah satunya yakni di desa Dayakesuma, sebuah desa terpencil di kecamatan Muarasugihan Kabupaten Banyuasin.
Pelaksanaan program GP3K Pusri sudah dilaksanakan 18 kelompok Tani dengan total 1.465 orang anggota dan luas lahan sekitar 2.934 ha. “Kami memberikan pinjaman lunak kepada petani, dengan biaya administrasi, bukan bunga, hanya tiga persen selama satu musim tanam,” kata Ketua GP3K PT Pusri Irwan Azis.
Kepala Desa Jumali sangat berterimakasih terhadap PT Pusri. Baginya Pusri seperti air yang memberi penawar dahaga bagi masyarakat. “Kami tidak lagi terjebak rentenir,” tukasnya.
Kasbani menambahkan, saat Pusri masuk, rentenir sempat mau “perang” dengan mengancam dirinya sebagai Ketua Gapoktan. “Mereka mengancam, tapi akhirnya tak berani lagi ke desa kami,” tambahnya.
Dari 18 poktan, sudah 11 poktan yang menikmati pinjaman lunak, dengan plafon rata-rata Rp 1,7 juta per orang atau Rp 114 juta per poktan (satu poktan beranggota 23-35 orang).
“Sayangnya pada panen Mei 2013 lalu hasil panen hanya 50 persen karena padi terserang penyakit patah leher. Tapi kami akan bangkit dan mudah-mudahan ada solusi dengan bantuan dari Pusri,” ujar Kasbani tetap optimistis. (siemen martin)
Share
22 November 2024
PUSRI RAIH PENGHARGAAN TERTINGGI PLATINUM DI AJANG SNI AWARD 2024