Pusri News

Mass Media News

Find out the latest information about Pusri from the media spotlight.

news-1

04 December 2024

Kelola Limbah dengan 4 Prinsip
Kepedulian lingkungan merupakan salah satu pandangan dan sikap manajemen PT Pupuk Sriwijaya (Pusri). Ke depan, manajemen PT Pusri bertekad melaksanakan kegiatan industri berwawasan lingkungan yang berkelanjutan, melalui pengelolaan sumber daya secara efisien dan bijaksana.

Tujuannya, agar bermanfaat bagi masyarakat dan mencegah pencemaran terhadap lingkungan. Kepala Departemen Humas dan Hukum PT Pusri, Ir Djakfar Abdullah MT, mengemukakan hal itu dalam menanggapi keluhan sebagian warga Kelurahan 1 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II terkait dengan dugaan pencemaran oleh limbah Pusri. Menurut Djakfar, dalam pengelolaan limbah pabrik, ada empat prinsip yang diterapkan. Yakni, pengurangan limbah dari sumber, daur ulang, pengambilan dan pemanfaatan kembali secara berkelanjutan menuju produksi bersih.

"Pusri menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO-14001 sebagai landasan untuk menerapkan dan mengkaji ulang tujuan serta sasaran lingkungan secara menyeluruh. Kami selalu melakukan penyempurnaan mutu lingkungan secara terus menerus," kata Djakfar lugas.

ISO 14001 adalah sertifikasi kelas dunia dalam penerapan sistem manajemen lingkungan suatu perusahaan. Artinya, baik-buruk sistem manajemen lingkungan suatu perusahaan dapat dinilai berdasarkan standar ISO 14001.

Hal yang sama ditegaskan oleh Ir H Edi Wibawa, MM, asisten manajer teknik lingkungan PT Pusri. Sebagai salah satu penggagas Komite Nasional Responsible Care Indonesia (KNCRI), sebuah lembaga internasional yang peduli dengan kelestarian lingkungan dalam proses produksi, Edi mengatakan PT Pusri telah berusaha mengurangi pencemaran udara, air, dan suara.

Sejak 1994, kata dia, Pusri memasang Purge Gas Recovery Unit atau alat pengolah limbah gas yang dapat menekan bau amonia yang keluar. Pengolahan limbah itu, membuat PT Pusri mendapatkan peringkat biru atau peringkat tengah dalam pengelolaan limbah.

PT Pusri juga membangun cerobong asap yang tinggi dan green barrier (sabuk hijau) seluas 12, 8 (dari target total mencapai 27 ha) untuk menghambat limbah gas yang tertiup angin ke arah permukiman penduduk. Green barrier ini sekaligus berfungsi meredam suara yang dihasilkan oleh proses produksi.

Menurut Edi, dalam kondisi normal, kandungan amonia di limbah gas kurang dari 0,09 bagian per juta atau part per million (ppm). Bau amonia memang masih dapat tercium jika terdapat kerusakan yang tidak terduga dan limbah asap tertiup angin ke rumah warga. Namun, kandungan amonia yang terbawa ke permukiman warga berkisar 1-2 ppm, atau masih dalam batas toleransi kesehatan masyarakat.

"Saat ini kami terus meningkatkan kemampuan pengolahan limbah hingga akhir 2007, untuk mencapai produksi bersih dan meminimalisasi pencemaran sampai tingkat paling rendah. Nanti, pencemaran bau amonia diharapkan tidak tercium lagi oleh masyarakat," kata Edi.

Selain gas, limbah cair juga menjadi perhatian PT Pusri. Saat ini limbah cair diolah dengan teknologi "Hidrolizer Stripper" yakni sistem pengolahan yang memanfaatkan kembali limbah untuk pembuatan pupuk. Limbah cair yang membawa amoniak dan urea dipisahkan oleh alat tersebut. Amoniak dan urea yang terbuang dimanfaatkan kembali. Sementara air yang telah bebas dari zat kimia dialirkan ke kolam penampungan dan kembali dilakukan sterilisasi sebelum dibuang ke sungai. "Melalui proses pengolahan limbah yang telah mendapat sertifikasi ISO itu, tidak mungkin limbah yang dibuang ke sungai masih mengandung zat kimia yang berbahaya," katanya. (mg12/adv)

Read More
news-1

04 December 2024

Tanggulangi Pencemaran, Invest Miliaran
PROSES penyempurnaan pengelolaan limbah PT Pusri, tak hanya menggunakan teknologi ?Hidrolizer Stripper?. Ada juga sistem lain yakni dengan pemakaian Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Minimasi Pemisah Air Limbah (MPAL).

Ir H Edi Wibawa, MM, asisten manajer teknik lingkungan PT Pusri menegaskan hal itu, Rabu (31/10). Menurut dia, pengolahan limbah PT Pusri lebih bersifat alamiah karena memanfaatkan tanaman eceng gondok sebagai media untuk membantu mengatasi air limbah. Eceng sendiri memiliki kekuatan terhadap lingkungan yang keras asam maupun basa.

?Kualitas limbah yang keluar dari sistem IPAL ini diharapkan memenuhi Baku Mutu Limbah cair yang telah ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan SK Menteri Lingkungan Hidup Nomor 122 Tahun 2004 dan SK Gubernur Nomor 18 Tahun 2005,? kata Edi.

Tak berhenti di situ, Pusri juga mengeliminir pengaruh tingkat kebisingan suara. ?Berdasarkan kajian dari Bapedalda dan PPLH Unsri di dalam setiap pabrik perlu di pasang alat tambahan berupa alat peredam suara (silencer). Saat ini masing-masing pabrik di Pusri sudah dipasang alat itu,? jelasnya lagi.

Drs Zain Ismed MBA, asisten manajer humas PT Pusri menambahkan, dengan upaya-upaya pengelolaan limbah sedemikian rupa, ia menyesalkan tuduhan sebagian warga tentang pencemaran lingkungan yang disebut-sebut dilakukan oleh PT Pusri. Katanya, PT Pusri selama ini sudah menginvestasikan dana miliaran rupiah untuk program penanggulangan pencemaran lingkungan. Terutama, pengadaan berbagai alat atau unit pengolahan limbah.

?Kami tidak tahu mengapa selama ini warga selalu menuduh limbah PT Pusri sebagai sumber pencemaran Sungai Musi. Di sepanjang DAS Musi ada industri lain seperti pengolahan minyak dan pabrik crumb rubber,? tutur Ismed.

Ia yakin sumber pencemaran itu bukan dari limbah amoniak PT Pusri. Sebab, jarak antara lokasi yang tercemar dengan bak penampungan limbah 800 meter. Jarak sejauh itu, menurut Ismed, sudah melarutkan amoniak dengan air.

Pun demikian halnya dengan kandungan gas amonia yang terbawa ke permukiman warga yang masih dalam batas toleransi kesehatan masyarakat. ?Jika memang pencemaran itu dari limbah amoniak PT Pusri, mengapa di sungai dekat bak penampungan limbah dan dekat dermaga tidak ada ditemukan ikan yang mati? Selain itu juga tidak pernah ditemukan warga di komplek Pusri sakit-sakitan karena bau amoniak. Padahal, lokasi tinggalnya menyatu dengan pabrik,? katanya.

Ismed juga mencontohkan ekosistim yang lain, seperti tumbuh-tumbuhan di dalam kawasan pabrik dan di sepanjang green barrier yang bisa tumbuh subur dan asri. ?Lokasinya lebih dekat dengan sumber pembuangan. Artinya sumber pencemaran bukan dari limbah kami,? katanya.

Sementara itu, Ir H Bambang Subiyanto MM, kepala Departemen Kredit Usaha Kecil dan Bina Lingkungan PT Pusri mengatakan, selama ini pihaknya selalu mencoba aktif melakukan sosialisasi tentang proses pengelolaan limbah pabrik. Pusri juga melibatkan warga dalam upaya pemberdayaan masyarakat dengan rutin menggelar aneka program kemitraan dan sosial.

?Pada prinsipnya kami terbuka dengan berbagai keluhan warga. Selama itu jelas dan berdasar, semuanya pasti akan kami tindak lanjuti. Ini adalah bagian dari kebijakan lingkungan PT Pusri. Kami akan lakukan evaluasi secara terus-menerus. Kami berterimakasih dengan masukan warga karena Pusri ini juga milik warga,? kata Bambang.

Komitmen yang sama diungkapkan oleh Ir Syafrie Lamizar, supervisor Bina Lingkungan. Dikatakan, setiap tahunnya, Departemen KUK dan Bina wilayah selalu mengadakan kegiatan yang sifatnya sosial dan pembinaan.

?Pelatihan ini dapat terlaksana terus jika perusahaan kita memperoleh laba. Karena setiap pelatihan dan bidang-bidang lainnya diperoleh dari laba perusahaan. Yang mana besarnya laba yang diambil yakni satu persen dari laba perusahaan setelah dipotong pajak,? tuturnya,

Nah, jika perusahan merugi, lanjut Syafrie maka kemitraan dan pembinaan kepada warga tidak akan terwujud. ?Karena, itu bantu Pusri agar tetap andal dan sukses menjalankan perusahaan. Mohon support dan restunya, Dengan begitu ke depan akan lebih banyak lagi program kemitraan, pembinaan dan kegiatan sosial bersama warga,? katanya. (mg12/adv/sumeks)

Read More
news-1

04 December 2024

Pusri dan SPPS Bantu Korban Gempa Bengkulu dan Padang
PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) dan Serikat Pekerja Pupuk Sriwidjaja (SPPS) memberi bantuan bahan bangunan untuk korban gempa di Bengkulu dan Padang. Total dana untuk korban di dua provinsi tersebut sebesar Rp 82.794.000.

Direktur PT Pusri, Dadang Heru Kodri didampingi Ketua Umum SPPS, H Tabrani Abdul, SE usai acara pelepasan empat truk yang membawa bantuan mengatakan, bantuan yang diberikan untuk korban gempa di Bengkulu dan Sumatera Barat (Sumbar) tersebut berasal dari manajemen PT Pusri sebesar Rp 50 juta dan anggota SPPS senilai Rp 32.749.000. ?Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian dan perhatian kami kepada saudara-saudara kita yang ditimpa musibah gempa bumi,? ungkap Dadang, Rabu (31/10).

Menurutnya, dana yang terkumpul yakni Rp 82,749 juta lebih juta tersebut dibelikan material seperti semen, triplek dan seng yang masing-masing provinsi mendapatkan dua truk. Menjawab pertanyaan soal pilihan jenis bantuan yang berupa bahan bangunan, Dadang menjelaskan sebab saat ini yang dibutuhkan korban gempa adalah bahan bangunan yang akan digunakan untuk dijadikan tempat tinggal.

Dikatakan, bila dilihat dari jumlah yang diberikan, pihaknya menyadari bantuan yang diberikan tidak terlalu besar alias sangat kecil. Tapi inilah sementara yang dapat diberikan oleh PT Pusri dan SPPS. ?Meski kecil semoga bermanfaat. Dan siapa lagi yang akan membantu mereka, dari yang kecillah kita mulai. Dana yang kita pakai untuk ini berasal dari Corporate Socitioal Responsibility (CRS),? tutur Dadang.

Read More
news-1

04 December 2024

Unit Pengelolaan Limbah sangat Canggih
PT PUSRI paham betul dampak proses sebuah perusahaan petrokimia yang memproduksi urea terhadap lingkungan. Karenanya, komitmen terhadap kelestarian lingkungan lebih diutamakan. ?Dalam pengelolaan limbah pabrik, usaha-usaha diarahkan pada penekanan dan pengurangan jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan dengan prinsip 5 R + 1 T (Reduce, Recovery, Recycle, Reuse, Refine, and Treatment, red),? tegas Kepala Departemen Humas dan Hukum PT Pusri, Ir Djakfar Abdullah MSi.

Teknisnya, antara lain dengan mengurangi limbah dari sumber, daur ulang. Lalu pengambilan dan pemanfaatan kembali secara berkelanjutan menuju produksi bersih dan pengolahan.

Dikatakan, salah satu bukti kesungguhan PT Pusri melaksanakan komitmen tersebut adalah dengan menginvestasikan miliaran rupiah untuk pengadaan alat-alat pengolah limbah dan membangun sarana prasarananya.

Saat ini PT Pusri sudah menerapkan sebuah sistem pengelohan limbah yang didukung dengan alat-alat canggih berkualifikasi internasional. Unit-unit, itu terdiri dari beberapa bagian seperti unit pengolah limbah cair, unit pengolah limbah minyak, pengolah limbah gas, dan polusi suara.

?Unit pengolah limbah cair terdiri dari alat yang disebut Biological Pond (kolam biologi). Ini merupakan unit pengolah limbah cair yang menggunakan bakteri untuk menurunkan kadar BOD, COD, TSS, dan Amoniak,? kata Ir H Edi Wibawa, MM, asisten manager teknik lingkungan PT Pusri.

Kolam biologi ini terdiri dari 6 buah kolam yang dengan ukuran total 25 x 100 meter. Empat buah kolam merupakan kolam biologi, sedangkan dua kolam lainnya merupakan kolam emergency. Dari 4 kolam 3 kolam, di antaranya masing-masing dilengkapi dengan 2 buah aerator yang berfungsi sebagai penyuplai oksigen.

Dari 3 kolam aerasi tersebut, 1 kolam difungsikan secara full aerasi sedangkan 2 kolam aerasi lagi difungsikan secara bergantian, dan dioperasikan secara terus menerus selama 24 jam. ?Limbah yang diolah di unit ini, berasal dari ceceran lantai, bekas cucian dan lain sebagainya yang konsentrasi limbahnya rendah. Kapasitas olah 700 - 800 m3/jam yang berasal dari Pusri IB, Pusri-II, Pusri-III, Pusri-IV dan PPU. Hasil olahan langsung dialirkan ke Sungai Musi,? kata Edi lagi.

Di pengolahan limbah cair juga ada peralatan yang disebut Hydrolizer - Stripper. Menurutnya, itu merupakan unit peralatan untuk daur ulang limbah cair yang mengandung Amoniak dan Urea dengan konsentrasi tinggi. Limbah tersebut berasal dari pabrik Urea Pusri II, III dan IV, yang mengandung Urea 10.000 ppm dan Amoniak 3.500 mg/l yang dikumpulkan melalui sistem tertutup ke collecting pit pada masing-masing pabrik.

Selanjutnya, limbah tersebut melalui sistem perpipaan dipompakan untuk ditampung dalam Buffer Tank. Dari Buffer Tank dipompakan kedalam Hydrolizer Stripper. Dalam unit Hydrolizer akan terjadi proses hidrolisa larutan urea menjadi amoniak dan CO2.

Hasil hidrolisa urea dipisahkan dalam Stripper dengan sistem Steam Sripping. Menurut Sigemas, staf Departemen Lingkungan PT Pusri, keluaran dari Stripper berupa off gas dan treated water dengan konsentrasi Urea = nil dan Amoniak , 5 ppm. ?Angka itu jauh di bawah baku mutu yang ditentukan yakni 50 ppm,? demikian kata Sigemas.

Sementara itu sebagai pemisah dan pengolah lumpur yang berasal dari unit kolam biologi digunakan alat yang disebut Sludge Removal Facilities. Lumpur yang berasal dari kolam biologi dipompakan ke Thickener untuk diendapkan secara gravitasi.

Air yang berasal dari thickener dikeluarkan secara overflow; endapan lumpur dari bagian bawah thickener dikeluarkan dan dikumpulkan dalam reservoir tank dan dipompakan ke filter press untuk dipisahkan airnya dan dipadatkan dengan tekanan 8 Bar, sehingga menghasilkan padatan lumpur yang mengandung 40 % dray solid.

Unit lainnya adalah unit pengolah limbah minyak menggunakan alat yang disebut Oil Separator. Pada tiap-tiap collecting pit dilengkapi dengan unit pemisah minyak yang bekerja secara kontinue dengan kapasitas olahan 20 m3/jam. Pemisahan minyak ini dilakukan untuk menjaga agar konsentrasi minyak yang akan diolah di Hydrolizer Stripper terjaga pada kisaran < 10 ppm.

Pada saluran-saluran kecil di dalam pabrik juga dipasang Oil Skimmer yang berfungsi untuk menangkap minyak, sehingga konsentrasi minyak yang akan diolah di unit biologi sudah rendah.

Untuk mengolah limbah gas ada unit yang disebut Purge Gas Recovery Unit (PGRU). Ini adalah unit yang paling mahal dari keseluruhan unit pengolah limbah di PT Pusri. ?Dibangun pada pada tahun 1991 dan menghabiskan dana 13, 7 juta US dollar,? kata Edi.

PGRU adalah unit pengolah purge gas yang terbuang dari pabrik Amoniak Pusri-II, Pusri-III dan Pusri -IV. Hasil olahan berupa Tail gas digunakan sebagai bahan bakar sedangkan gas H2 dan NH3 dikembalikan ke proses untuk dipakai kembali.

Untuk antisipasi gangguan operasional siaga alat scrubber unit. Ini merupakan peralatan yang dipasang khusus untuk menanggulangi venting gas yang mengandung Amoniak dari FIC-403 di pabrik Urea bila ada gangguan operasional. Hasil olahan dikumpulkan dalam collecting pit dan kemudian dikirim ke Unit Hydrolizer Stripper untuk diolah kembali.

Terakhir untuk antisipasi polusi suara, pada sumber-sumber bunyi di peralatan pabrik amoniak seperti cerobong venting-venting gas, dipasang alat peredam bunyi (silencer) (mg12/adv/sumeks)

Read More
news-1

04 December 2024

Miliaran, khusus kemitraan & Bina Lingkungan
Kepala Departemen Kemitraan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan PT Pusri, Ir H Bambang Subiyanto MM, menegaskan, selama ini pihaknya aktif melakukan sosialisasi tentang proses pengelolaan limbah pabrik. Dalam upaya pemberdayaan masyarakat, PT Pusri juga rutin menggelar aneka program kemitraan dan sosial.

?Pada prinsipnya, kami terbuka dengan berbagai keluhan warga. Selama itu jelas dan berdasar, semuanya pasti akan kami tindak lanjuti. Ini adalah bagian dari kebijakan lingkungan PT Pusri. Kami akan lakukan evaluasi secara terus menerus. Kami berterima kasih dengan masukan warga karena Pusri ini juga milik warga,? kata Bambang kepada Sumatera Ekspres, Jumat (2/11).

Bambang menjabarkan, dalam mengatasi dampak produksi, selain menggunakan teknologi dan institusi, Pusri juga menggunakan pendekatan sosial. Diungkapkan, setiap tahunnya, Departemen KUK dan Bina Wilayah selalu mengadakan kegiatan sosial dan pembinaan.

?Kegiatan seperti ini dapat terlaksana jika perusahaan kita memperoleh laba. Yang mana besarnya laba yang diambil yakni satu persen dari laba perusahaan setelah dipotong pajak,? tuturnya.

Nah, jika perusahan merugi, lanjut Bambang, maka kemitraan dan pembinaan kepada warga tidak akan terwujud. ?Karena, itu bantu Pusri agar tetap andal dan sukses menjalankan perusahaan. Mohon support dan restunya. Dengan begitu, ke depan akan lebih banyak lagi program kemitraan, pembinaan dan kegiatan sosial bersama warga,? katanya.

Dikatakan, PT Pusri tahun 2007 mengalokasikan dana program kemitraan bina lingkungan sebesar Rp12 miliar. Realisasi dana tersebut, per September 2007 mencapai 84, 36 persen atau Rp1,9 miliar. ?Dana sebesar itu dialokasikan untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat yang berada di sekitar lingkungan kegiatan usaha,? kata Bambang.

Menurut Bambang, sejak Januari-September 2007, pihaknya telah mengucurkan dana bantuan kepada mitra binaan sebesar Rp7,8 miliar. Mitra binaan yang memanfaatkan bantuan itu adalah koperasi, pengusaha kecil dan menengah yang bergerak di sektor kerajinan rakyat.

Selain itu, PT Pusri juga mengucurkan bantuan hibah dalam bentuk berbagai macam pelatihan sebesar Rp1,8 miliar dari alokasi bantuan hibah sebesar Rp2,3 miliar.

Saat ini, kata Bambang, PT Pusri memiliki 6.682 mitra binaan di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 6.427 di antaranya adalah pengusaha kecil, dan sisanya koperasi. ?Khusus di Sumsel kami mempunyai 4.600-an mitra,? katanya. Khusus di Palembang program itu diprioritaskan untuk warga Kelurahan 1 Ilir, 3 Ilir, Sungai Buah, Sungai Selayur, yang dekat dengan pabrik.

Sementara itu untuk Bina Lingkungan PT Pusri, per Sepetember 2007 sudah menyalurkan dana sebesar Rp1 miliar lebih dari anggaran Rp2,1 miliar untuk program-progam di berbagai daerah di Indonesia, seperti bantuan korban bencana alam, pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana umum, serta sarana ibadah.

Kiprah ini nampaknya mendapat respon positif dari para warga di sekitar pabrik. Sejumlah ketua RT di Kelurahan 1 Ilir, 3 Ilir, Sungai Buah, dan Sungai Selayur yang dihubungi mengaku selama ini terbantu dengan program kemitraan dan bina lingkungan PT Pusri. Demikian seperti dilansir harian sumeks.

Soal keluhan dampak proses produksi, menurut sejumlah ketua RT selama ini selalu ditanggapi positif dan ditindaklanjuti oleh Pusri. Mereka malah mengaku bingung dan tidak tahu menahu dengan keberatan beberapa oknum warga.

?Hanya sebagian kecil warga saja yang protes. Tapi mereka mengatasnamakan seluruh warga. Kami tidak tahu apa motivasi mereka,? kata salah seorang ketua RT yang enggan namanya disebut.

Sementara itu menurut Andri Manto, Sekretaris Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) 3 Ilir, sebagai BUMN, Pusri memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan sosial. ?Kami berterima kasih dengan semua upaya yang telah dilakukan oleh Pusri untuk masyarakat di Kalurahan 3 Ilir. Warga di sini tidak hanya terbantu secara modal untuk usaha tapi juga pengetahuan,? kata Andri yang juga menyebutkan Pusri telah banyak membantu pengadaan berbagai sarana dan prasarana umum di wilayahnya. (mg12/adv/sumeks)
Read More
news-1

04 December 2024

Bahan Bakar 7 Pabrik Pupuk Dikonversi ke Batubara
Sebanyak 7 pabrik dari 15 pabrik pupuk yang ada di Indonesia, sumber energinya akan dikonversi dari gas ke batubara demi kelancaran produksi.

Demikian dikatakan Dirut Pupuk Sriwijaya (Pusri) Dadang Heru Kodri usai rapat pupuk dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (19/9/2007).

"Pabrik yang memiliki kapasitas gas di atas 30 MMSCFD akan dikonversi menjadi gas," jelas Dadang.

Ke-7 pabrik pupuk yang akan dikonversi diantaranya PIM I, Pupuk Kujang I dan Pusri.

"Biaya konversi tujuh pabrik ini diperkirakan akan menghabiskan dana total US$ 280 juta, yang berasal dari equity tiap pabrik," ungkap Dadang.

Dadang menjelaskan, konversi ini mulai dilakukan tahun 2007 dan ditargetkan rampung tahun 2010.

Read More
news-1

04 December 2024

Pupuk Organik Akan Disubsidi
Departemen Pertanian mengusulkan pemberian subsidi pupuk organik kepada petani. Jumlah pupuk organik yang diusulkan menerima subsidi mencapai 300 ribu ton, dengan nilai subsidi Rp 500 per kilogram. Menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Sutarto Ali Moeso, usul tersebut sudah diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat agar dapat direalisasi pada tahun depan. "Pemberian subsidi bisa meningkatkan penggunaan pupuk organik oleh petani," ujarnya di Solo kemarin. Apabila hal itu disetujui, kata dia, pupuk organik bersubsidi akan didistribusikan ke daerah-daerah penghasil beras, seperti Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Namun, sebagian besar akan disalurkan ke Jawa karena 60 persen produksi pangan Indonesia ada di daerah ini. Lahan pertanian di Jawa juga sudah rusak sehingga perlu digunakan pupuk organik. Penggunaan pupuk organik, kata dia, juga merupakan upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan. Saat ini sudah banyak lahan pertanian yang rusak karena terus-menerus diberi pupuk kimia tanpa diimbangi dengan pupuk organik.imron rosyid
Read More
news-1

04 December 2024

Iran - Indonesia Finalisasi Pabrik Pupuk
Indonesia - Iran akhirnya menyetujui kelanjutan pembangunan pabrik pupuk urea di Iran. Pejabat dari Kedubes Iran di Indonesia menyatakan finalisasi investasi joint venture senilai total 600 juta dolar AS itu bakal terjadi dalam hitungan hari ke depan.

''Signing-nya bisa dalam waktu beberapa hari ini. Finalisasinya sejak beberapa bulan lalu,'' tandas Mahmoud R Radboy, Kepala Seksi Ekonomi Kedubes Iran untuk Indonesia, saat ditemui Selasa (4/8) siang. Pabrik pupuk akan dikelola bersama oleh PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) dan National Petrochemical Company of Iran (NPCI). Nantinya, pabrik pupuk itu akan memproduksi amonia sebanyak 990 ribu ton dan urea sekitar 1,150 juta ton.

Mahmoud menambahkan, studi teknis pabrik ini bakal berlangsung akhir tahun. Diperkirakan, pembangunan pabrik bakal menelan waktu selama 18 bulan, atau pada 2009 mendatang. Lokasi pabrik ada di kawasan Parseez, Bandar Assaluyeh, Iran Selatan. Pabrik ini memakan lahan empat hektare (Ha).

Soal harga gas, Mahmoud mengatakan tidak ada perubahan dari kesepakatan awal. Harga jual gas sebesar satu dolar AS per juta BTU untuk jangka waktu 10 tahun. Dan paling tinggi adalah 1 dolar AS 50 sen. Pembangunan pabrik pupuk di Iran merupakan bagian dari skenario pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pupuk urea di dalam negeri, khususnya untuk sektor pangan yang terus meningkat.

Pada 2010, kebutuhan pupuk nasional diperkirakan di atas 11 juta ton, sementara kapasitas produksi normal oleh lima perusahaan hanya sekitar 7,872 juta ton. Namun, dengan kebutuhan setinggi ini, pasokan gas dalam negeri tidak mencukupi. Selain pabrik urea, pemerintah juga berencana meningkatkan produksi pupuk NPK. Pembangunan pabrk pupuk NPK karena produksi dalam negeri lebih kecil dari kebutuhan. evy

( )
Read More
news-1

04 December 2024

Pusri Bangun 3 Pabrik Pupuk Organik
Jumat, 31/08/2007 18:22 WIB;PT Pupuk Sriwidjaya (Pusri) di tahun ini sedang membangun tiga pabrik pupuk organik dengan bahan baku sampah organik. Pabrik tersebut berlokasi di Nagrek Jawa Barat, Temanggung Jawa Tengah dan Lumajang Jawa Timur pada tahun ini dengan nilai investasi setiap pabrik Rp 2,8 miliar.

Demikian dikatakan Direktur Utama Pusri Dadang Heru Kodri saat jumpa pers di departemen pertanian, Jalan Ragunan, Jakarta, jumat (31/8/2007).

"Selain produksi pupuk kimia yang hingga akhir tahun mencapai 4,3 juta ton, kita juga membuat pupuk organik untuk memperbaiki kondisi tanah dan menampung masalah sampah," jelas Dadang.

Pusri menargetkan ketiga pabrik ini mulai berproduksi pada Januari 2008 dengan kapasitas produksi masing-masing pabrik 3.300 ton per tahun.

"Departemen Pertanian akan memberikan subsidi untuk 325 ribu ton pupuk organik sehingga harga eceran tertinggi Rp 1.000 per kg," ungkap Direktur Marketing Pusri Bowo Kuntohadi.

Bowo menambahkan nilai investasinya 100 persen didapat dari dana internal Pusri sendiri.

"Penggunaan pupuk anorganik membuat struktur tanah rusak dan tidak gembur sehingga sangat diperlukan pupuk organik. Seharusnya sosialisasi kegunaan pupuk organik terus disosialisasikan ke petani," tambah Bowo. (arn/ir)

Read More
news-1

04 December 2024

Biaya produksi Pusri diprediksi meningkat 15,4%
Biaya produksi urea PT Pupuk Sriwidjaja diperkirakan akan meningkat sekitar 15,4% mulai awal tahun depan, menyusul kontrak pembelian gas yang naik menjadi US$3,3 per juta Btu hingga US$3,45 per juta Btu per 1 Januari 2008, dari harga kontrak pembelian gas saat ini sebesar US$2,3 per juta Btu.

Direktur Produksi Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Indra Jaya mengatakan harga pokok produksi (HPP) perseroan akan naik menjadi US$150 per ton mulai tahun depan, dibandingkan US$130 per ton pada saat ini.

Kenaikan biaya produksi itu tidak dapat dihindari karena kontribusi gas, yang harga belinya naik hingga 43,5%, mencapai 60% hingga 70% terhadap total biaya produksi perseroan.

"Berapa pun HPP kami, ketentuannya adalah produsen pupuk tetap mendapatkan margin keuntungan sebesar 10%. Jadi kenaikan HPP ini [mulai tahun depan], pasti akan membebani pemerintah karena subsidi untuk pupuk juga akan meningkat," ujar Indra ketika ditemui di Palembang, akhir pekan lalu.

Dalam rencana anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2008, pemerintah menganggarkan dana senilai Rp8,72 triliun untuk subsidi pupuk, naik sekitar 25% dibandingkan Rp6,98 triliun yang ditetapkan pada RAPBN Perubahan 2007.

Indra menambahkan Pusri membutuhkan gas sebesar 220 juta kaki kubik per hari (MMscfd) per hari untuk empat pabrik pupuk yang dioperasikan perseroan. Hingga akhir tahun ini, seluruh kebutuhan gas tersebut dipenuhi oleh PT Pertamina dengan harga US$23 per juta Btu.

Sementara itu, kebutuhan gas Pusri untuk tahun depan akan dipasok oleh Pertamina sebesar 180 MMscfd dan PT Medco Energi International Tbk sebesar 45 MMscfd per hari, sehingga total pasokan gas yang didapatkan perseroan mencapai 225 MMscfd.

Harga gas yang dibeli dari Pertamina sebesar US$3,3 per juta Btu dan harga gas dari Medco sebesar US$3 per juta Btu ditambah biaya angkut US$0,4 hingga US$0,5 per juta Btu.

Selisih harga
Dalam kesempatan itu Indra juga mengusulkan agar selisih harga jual pupuk ke petani dan industri diperkecil, sehingga tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.

"Yang paling baik adalah harga jual pupuk kepada petani, tidak jauh berbeda dengan harga jual kepada industri. Harga jual pupuk urea kepada industri sebesar Rp2.100 per kilogram atau US$220 per ton, sedangkan harga kepada petani sebesar Rp1.200 per kilogram," katanya.

Pemerintah memberikan subsidi pupuk kepada petani dengan mewajibkan produsen menjual pupuk bersubsidi tersebut dengan harga eceran tertinggi (HET) untuk pupuk urea Rp1.200 per kilogram, pupuk SP36 Rp1.550 per kilogram, pupuk ZA Rp1.050 per kilogram, dan pupuk NPK Phonska Rp1.750 per kilogram.

Pemerintah membayar selisih harga jual kepada petani dan biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen pupuk ditambah dengan margin keuntungan yang ditetapkan sebesar 10% untuk semua produsen pupuk yang menyalurkan pupuk bersubsidi.

Sementara itu, harga jual ekspor pupuk urea sebesar US$253,9 per ton dan bahkan sempat mencapai US$279 per ton.

Oleh Yeni H. Simanjuntak

Read More
news-1

04 December 2024

Subsidi Pupuk Belum Memadai
Sampai saat ini nilai subsidi pupuk belum memadai. Tahun ini nilai subsidi berbagai jenis pupuk hanya sebesar Rp 6,9 triliun dan tahun depan sekitar Rp 8,7 triliun. Namun nilai subsidi sebesar itu masih belum memadai untuk mencukupi kebutuhan riil petani yang perlu disubsidi.

Hal itu terungkap pada pemaparan kinerja industri pupuk di bawah induk BUMN PT Pupuk Sriwijaya (Pusri Holding) yang disampaikan Direktur Pemasaran Pusri, Bowo Kuntohadi, dan Dirut Pusri, Dadang H Kodri, di Palembang, Sabtu.

Bowo mengatakan pada 2007 sesuai dengan Permentan jumlah subsidi urea mencapai sekitar 4,3 juta ton. Dana subsidi juga digunakan untuk subsidi pupuk jenis lainnya yaitu SP-36 sebanyak 800 ribu ton, ZA sekitar 650 ribu ton, dan NPK sebanyak 700 ribu ton.

Bowo menilai jumlah SP-36 yang disubsidi pemerintah jauh dari kebutuhan petani sesungguhnya. Ia menghitung berdasarkan perhitungan perbandingan pupuk tunggal berimbang urea: SP-36: KCL = 300:100: 50 ton per hektare sawah, maka seharusnya subsidi pupuk SP-36 sebesar 1,4 juta ton, karena subsidi pupuk urea tahun ini sebesar 4,3 juta ton. "Dengan demikian ketersediaan pupuk SP-36 selalu bermasalah, karena dari sisi anggaran subsidi tidak memenuhi dan dari sisi produksi juga kurang," ujar Bowo.

Pupuk SP-36 yang diproduksi PT Petrokimia Gresik (Petrogres) sendiri memiliki kapasitas produksi sekitar 660 ribu ton, sedangkan sisanya masih impor. Rencana pada 2009 Petrogres akan menambah kapasitas produksi sebesar 500 ribu ton dan dilanjutkan tahap berikutnya sebesar 500 ribu ton lagi sehingga kapasitasnya menjadi sekitar 1,66 juta ton.

Tahun ini diperkirakan Bowo penyerapan pupuk urea bersubdisi hanya sekitar empat juta ton dari alokasi Permentan sebesar 4,3 juta ton. "Namun tingkat penyerapan urea di bawah alokasi itu, subsidinya tidak bisa dialihkan ke pupuk lainnya, sehingga jumlah subsidi pupuk lain tidak bisa ditambah," ujarnya.

Dirut Pusri Dadang H Kodri mengatakan pihaknya sudah menyampaikan kurangnya subsidi pupuk khususnya untuk non urea kepada Menteri Pertanian dan Dirjen Tanaman Pangan. "Siapa tahu (nilai subsidi) dinaikkan sebelum membuat pabrik baru," ujar Dadang yang mengatakan pihak pemerintah sebenarnya sudah mengetahui kurangnya subsidi non urea.

Diakuinya penghitungan nilai total subsidi pupuk diutamakan untuk urea, baru sisanya dibagi kepada nilai subsidi pupuk lainnya seperti SP-36, ZA, dan NPK Phonska.

Pabrik baru
Sementara itu, Pusri berencana membangun pabrik pupuk SP-36 berkapasitas 800 ribu sampai satu juta ton per tahun untuk mengatasi kekurangan produksi komoditas. "Holding (induk perusahaan) berencana membuat pabrik SP-36. Sekarang ini kita sudah punya dana dan izin pemerintah. Jadi tahun 2010 baru bisa teralisasi semua," kata Dadang.

Ia mengatakan penambahan kapasitas produksi pupuk SP-36 sudah sangat mendesak, karena kemampuan produksi di bawah kebutuhan riil petani. Saat ini, kapasitas produksi SP-36 yang diproduksi PT Petrokimia Gresik (Petrogres) mencapai sekitar 660 ribu ton per tahun, sedangkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun ini mengalokasikan subsidi SP-36 sebesar 800 ribu ton.

(fir )

Read More
news-1

04 December 2024

Pupuk Sriwijaya Akan Bangun Pabrik di Iran
Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja Dadang Heru Kodri mengatakan akan segera membangun pabrik pupuk urea di Iran untuk memasok kekurangan pupuk urea.

"Sampai saat ini memang kekurangan masih bisa ditangani, tapi untuk jangka panjang belum tentu bisa," ujarnya di Palembang, Jum'at (24/8).

Kelangkaan itu, kata dia, karena pasokan dan permintaan tidak seimbang. "Sebenarnya pupuk urea tak pernah langka, hanya saja ada masalah pada pelaksanaannya," ujarnya.

Jumlah pasokan yang ditetapkan untuk disalurkan kepada masyarakat sering diterobos. Contoh kasus di Kabupaten Magelang, jumlah yang ditetapkan 1.463 juta ton, tapi penyerapannya 2.015 juta ton.

Kelebihan itu biasanya karena dosis kebutuhan yang tinggi, musim taman yang maju, dan bencana alam banjir. Dengan adanya kelebihan serapan itu, produsen harus mengambil dari pasokan pupuk yang seharusnya dialokasikan untuk bulan depan. "Karena stok bulan ini sudah terpakai," ujarnya.

Aguslia Hidayah

Read More
Layanan Pelanggan Report Governance Public Info FAQ