Pusri Tambah Kapal Angkutan
PALEMBANG (Seputar Indonesia) – Pupuk Sriwijaya (Pusri) kembali melakukan revitalisasi kapal angkutan pupuk dalam waktu dekat.Kali ini lewat penambahan satu kapal baru dengan bobot sekitar 4.000 ton pupuk.
“Rencananya tahun 2010 kita akan tambah satu unit kapal angkutan pupuk. Sekarang proses tendernya sedang dipersiapkan. Ini sekaligus melengkapi kapalkapal yang sudah ada dan berusia tua itu,” ujar Direktur Utama PT Pusri Dadang Heru Kodri belum lama ini. Melalui tambahan kapal baru itu, Pusri akan memiliki total 9 unit kapal dari 8 kapal sebelumnya yang rata-rata berusia di atas 25 tahun.
Menurut Dadang Heru, penambahan kapal dengan bobot sekitar 4.000 ton cukup mendesak. Mengingat alur Sungai Musi yang menjadi alternatif angkutan kerap mendangkal setiap saat. Dengan kapal jenis itu dia berharap kapal itu bisa berasal dari galangan dalam negeri atau dari luar negeri.
Saat ini terang dia,PT Pusri telah memiliki delapan kapal masing-masing yakni kapal Ibrahim Zahier, kapal Otong Kosasih, kapal Soemantri Brodjonegoro, kapal Pusri Indonesia, kapal Sultan Machmud Badaruddin II, kapal Julianto Moeliodihardjo, kapal Mochtar Prabu Mangkunegara, dan kapal Abusamah.
“Meskipun kapal-kapal itu sudah berusia tua,tetap masih bisa berlayar karena perawatan rutin tetap kita lakukan. Jadi sampai sekarang delapan kapal tersebut masih beroperasi untuk mengangkut pupuk,” tambah Dadang. Berdasarkan data PT Pusri,delapan kapal tersebut yang paling tua usianya terdiri dari tiga unit kapal yaitu kapal Otong Kosasih dengan bobot atau DWT (Dead Weight Ton) 9.000 ton, kapal Ibrahim Zahier dengan DWT 9.000 ton dan kapal Soemantri Brodjonegoro dengan bobot atau DWT 9.000 ton.
Ketiga kapal ini dibuat tahun 1976 oleh perusahaan Mitsubishi, Jepang. Kemudian kapal Pusri Indonesia dibuat tahun 1977 juga dibuat di Jepang dengan bobot atau DWT 11.000 ton. Empat kapal lainnya dibuat tahun 80-an. Sedangkan Kapal Julianto Moeliodihardjo dibuat tahun 1982 di Korea Selatan dengan DWT 11.000 ton. Sementara tiga kapal lainnya lagi dibuat pada tahun yang sama 1983.
Untuk kapal Mochtar Prabu Mangkunegara dan kapal Abusamah dibuat di galangan kapal Daisun, Korea Selatan,keduanya memiliki bobot sama 11.000 ton.Satu kapal lainnya, Sultan Mahmud Badaruddin II dibuat di Jerman memiliki bobot 9.000 ton. Mengingat pendangkalan alur sungai Musi yang setiap tahun harus dikeruk,operasional delapan kapal tersebut tidak bisa optimal. Menurut Direktur Utama PT Pusri, kapal-kapal angkutan pupuk PT Pusri tersebut harus dikurangi kapasitasnya.
“Pilihannya kalau tidak mau kandas, terpaksa angkutan pupuknya dikurangi,” katanya. Sementara itu,Sektertaris Kementrian BUMN M Said Didu dalam workshop bertajuk Menata Kembali Industri dan Distribusi Pupuk yang digelar PT Pusri mendesak pembaharuan kebijakan industri pupuk di Indonesia.
Hal itu,kata dia,termasuk kebutuhan merevitalisasi pabrik pupuk. Karena dari lima pabrik yang sudah berumur konsumsinya sangat boros dengan kebutuhan mencapa hampir 30 per Mbbtu. “Jumlah itu sangat besar dari idealnya gas yang digunakan hanya 24 per Mbbtu.Kalau itu bisa direvitalisasi, biaya yang akan ditekan tentu lebih besar,” pungkasnya. (komalasari)