Pabrik Pupuk Sriwidjaja disinyalir telah berusia tua. Umurnya yang genap 40 tahun dianggap sudah semakin boros gas. PT Pupuk Sriwidjaja pun telah selesai membangun pabrik pengganti.
Anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero) itu mengaku telah siap mengoperasikan pabrik Pusri 2B. pabrik itu dikabarkan memiliki kapasitas 907 ribu ton urea per tahun dan 660 ribu ton amoniak per tahun.
Pada 30 September 2016, pabrik pupuk Pusri II B sudah berhasil memproduksi urea, kemudian dilanjutkan dengan first drop amoniak pada 3 November 2016.
“Ini untuk meningkatkan efisiensi serta menjaga daya saing dan pasokan pupuk urea untuk wilayah Sumatera dan sebagian Jawa. Sekaligus menunjang program pemerintah dalam ketahanan pangan,” ujar Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat, dalam keterangannya, Jumat, 4 Agustus 2017.
Pusri 2B ini menggantikan Pabrik Pusri 2 yang telah berumur lebih dari 40 tahun, dan sudah boros dengan konsumsi gas 38,16 per MMBTU. Pusri 2B memiliki konsumsi gas hanya 24,25 MMBTU/ton.
Pabrik Pusri 2B selain menerapkan teknologi baru juga dapat menghemat bahan baku gas alam. Pabrik Pusri 2B akan menghemat pemakaian gas hingga 14 MMBTU per ton urea, sehingga menurunkan harga pokok produksi agar dapat bersaing dengan pupuk produksi luar negeri.
Pupuk Indonesia Group telah melakukan berbagai proyek pengembangan dan melakukan revitalisasi, yaitu mengganti pabrik yang sudah tua dengan pabrik yang lebih canggih dan hemat konsumsi gasnya.
“Sejauh ini, sudah tiga proyek besar yang dilaksanakan Pupuk Indonesia,” ujar Aas. Selain Pusri 2B di Palembang, saat ini di Gresik, juga tengah dibangun Amurea 2 di Petrokimia Gresik.
Pabrik ini akan menambah kapasitas produksi Petrokimia Gresik, sehingga dapat mencukupi kebutuhan pasar di Jawa Timur yang memang merupakan konsumen urea terbesar di Indonesia.
Kapasitas produksi Amurea 2 adalah 570 ribu ton urea per tahun dan 660 ribu ton per tahun amoniak. Sebelumnya Pabrik Kaltim-5, milik Pupuk Kaltim yang berlokasi di Bontang, telah selesai dibangun dan beroperasi secara komersial sejak November 2015.
Pabrik ini berkapasitas 1,15 juta ton urea dan 825 ribu ton amoniak per tahun dan dibangun untuk menggantikan pabrik Kaltim-1.
Konsumsi gas pabrik yang merupakan pabrik urea terbesar di Asia Tenggara ini hanya 25 MMBTU/ton urea. Bandingkan dengan pendahulunya, Kaltim-1, yang konsumsi gasnya mencapai 37,82 MMBTU/ton.