JAKARTA. Dengan izin ekspor yang dikantongi PT Pupuk Sriwidjaja (Persero), BUMN pupuk ini berjanji tidak akan mengganggu pasokan pupuk dalam negeri. Apalagi, serapan pupuk dalam negeri saat ini sedang rendah sehingga Pusri tak khawatir dengan stok dalam negeri.
Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Persero), Arifin Tasrif mengatakan, sepanjang semester pertama tahun ini, daya serap pupuk hanya sebesar 65%- 70% dari target yang ditetapkan oleh Kementrian Pertanian (Kemtan).
"Hingga akhir tahun, kami memprediksi daya serap pupuk hanya sebesar 80% hingga 90%. Kami akan memprioritaskan kosumsi domestik," lanjut Arifin.
Rendahnya serapan pupuk ini karena berhasilnya sistem distribusi tertutup dan mundurnya musim tanam yang tidak bisa diduga sebelumnya. Toh, Arifin masih yakin tahun ini penyerapan pupuk dalam negeri akan tercapai.
Asal tahu saja, Pusri sudah mendapatkan izin ekspor pupuk dari Kementerian Perdagangan (Kemdag) sejak bulan Juli 2010 lalu. BUMN pupuk itu sudah mendapatkan kuota ekspor pupuk sebesar 700.000 ton pada tahun ini.
Toh, meski kuota ekspor tahun ini lebih besar ketimbang tahun lalu, namun tak serta-merta meraup pendapatan yang lebih besar. Pasalnya, harga ekspor pupuk (harga FOB) tahun ini menyusut dibandingkan tahun lalu.
Tahun lalu, Pusri Holdings mampu meraup laba bersih sebesar Rp 2,1 triliun. Tahun ini, Pusri mengharapkan peningkatan laba pada tahun ini hingga menjadi Rp 2,5 triliun.
Konsumsi pupuk dalam negeri saat ini sebesar 14 juta ton per tahun. Sementara itu, pemerintah memprediksi di tahun 2025 Indonesia akan membutuhkan sekitar 23.200.000 ton. (Fitri Nur Arifenie)