Kelangkaan Pupuk, Praktik Para Mafia
PIHAK PT Pupuk Sriwijaya Wilayah Sumatera Barat (Sumbar) mengakui, seluruh kebutuhan pupuk urea di Sumbar telah didrop ke 55 distributor pupuk. Kendati demikian, kelangkaan dan harga pupuk yang tinggi membuat masyarakat petani menjerit dan persoalan itu belum teratasi.
Direktur Reserse Kriminal (Direskrim) Polda Sumbar Kombes Pol Ade Rahmad Suhendi saat dihubungi Jurnal Nasional, Jumat (8/2) menduga, ada pihak-pihak yang menimbun pupuk.
Rahmad meminta masyarakat, khususnya petani untuk tidak ragu-ragu melaporkan para penimbun tersebut ke pihak berwajib. "Kami akan menindak tegas kalau memang ada ditemukan orang yang menimbun pupuk siapa pun dia, karena perbuatan penimbunan tersebut bisa dijerat dengan tindak pidana kejahatan ekonomi. Silakan petani melaporkan kepada kami kalau memang ada kegiatan penimbun pupuk di daerahnya," katanya.
Dari data PT Pusri setiap bulan, delivery order telah disalurkan mencapai 5.160 ton dengan kebutuhan Sumbar yang 5.400 ton sebenarnya tak perlu terjadi kelangkaan parah seperti sekarang ini yang dibarengi dengan harga pupuk menjunjung tinggi.
Ketua YLKI Sumbar, Dahnil Aswad menilai, kelangkaan dan tingginya harga pupuk di pasaran memungkinkan sekali akibat ulah praktik para mafia pada barang ini. "Saya menyimak, apa pun barang yang disubsidi pemerintah pasti sarat dengan permainan mafia. Pasalnya, adanya range harga antara yang disubsidi dengan nonsubsidi," tukasnya.
Lakukan Koordinasi
Sementara itu, Ketua DPRD Sumbar H Leonardy Harmainy, mendesak PT Pupuk Sriwijaya melakukan koordinasi hingga ke tingkat pengecer. "Ini kan aneh, pupuk bersubsidi bisa hilang di pasaran. Kalau pun ada, harganya jauh di atas ketentuan, kalau tetap dibiarkan justru yang akan rugi petani sendiri," tukasnya. Menurut Leonardy, dipastikan dengan harga pupuk seperti ini, petani tak akan beruntung, sebab untuk memenuhi ongkos produksi saja mereka sudah kewalahan.
Dari pantauan Jurnal Nasional di pasaran, harga sekarung pupuk dengan berat 50 kilogram mencapai Rp80 ribu. "Padahal, biasanya hanya Rp50 ribu, dan itu jika ditanyakan ke pengecer sering kali dijawab stok habis," kata Ramdani, petani dari Solok Selatan.
Ramdani mengungkapkan, kenaikan harga pupuk urea itu telah merebak di berbagai daerah kantong-kantong pertanian di Sumbar. "Dharmasraya, Tanah Datar, Agam, dan Solok Selatan, hampir semua petani menjerit atas kenaikan harga dan kelangkaan pupuk," katanya.
Kordinator Pengaduan Konsumen Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat Padang Consumer Crisis Erison AW, membantah kalau Pusri menyatakan pupuk tak langka. "Sebab laporan dari berbagai kelompok tani yang masuk ke kami justru kelangkaan itu terjadi di lapangan," ujarnya.
Dia juga menekankan pihak Pusri atau pemerintah harus turun ke lapangan dan menata kembali manajemen pemasaran pupuk. "Jangan sekadar menerima laporan dari belakang meja, kalau ingin menyelamatkan petani di daerah ini," tandasnya.