Kelompok masyarakat Kebumen, Kelurahan 2 Ilir, IT II berinovasi dengan mendaur ulang koran bekas menjadi produk kerajinan. Mereka juga sekaligus membuat pupuk kompos. Inovasi ini dilatih oleh PT Pusri Palembang lewat Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL).
Berjuluk kampung holtikultura atau kampung iklim, masyarakat Lorong Kebumen diajak mengembangkan keterampilan tersebut. Manajer PKBL Pusri, Heri Suharsono menerangkan, hasil produk daur ulang koran itu seperti kotak tisu, tempat buah, tas, vas bunga, tempat pensil, dan lainnya. “Artinya ini jadi bernilai jual,” tuturnya.
Untuk pembuatan pupuk kompos sendiri, pihaknya menyuplai bahan bio aktivator, namanya Sridek. Bahan dasar pupuk kompos diambil dari pemanfaatan sampah rumah tangga warga. “Dekomposer Pusri Sridek berasal dari bakteri Pendegradasi bahan organik dan jamur perombak lignin dan selulosa,” jelasnya.
Memiliki fungsi mendegradasi sampah rumah tangga, rumput, dedaunan, dan bahan organik lainnya sampai menghasilkan kompos yang berkualitas untuk pertumbuhan tanaman. Karena komposisinya yang menggunakan bioactivator menjadikannya lebih ramah lingkungan dan tidak mengandung bahan kimia yang membahayakan tanaman.
Dalam prosesnya, Pusri menyiapkan 50 ember sebagai wadah untuk pelatuhan bagi warga. Beserta 12 botol bioactivator sebgaia larutan pemercepat pembusukan sampah. “Secara teori sampah organik rumah tangga yang telah dicacah, diracik di wadah diberi Sridek,” katanya.
Dosis Sridek 5 ml dilarutkan ke 1 liter air. Kemudian dicampurkan ke wadah kompos berkapasitas 30 liter. Selanjutnya, wadah pupuk dibiarkan tertutup dan didiamkan sekitar 14 hari. “Nanti akan menghasilkan pupuk cair dan padat.” ujarnya.
Dengan inovasi ini, pihaknya berharap bisa mendayagunakan kelompok masyarakat dan meningkatkan kegiatan ekonomi dan pendapatannya. “Koran berkas akan lebih bernilai jika bisa diolah menjadi kerajinan. Sama halnya sampah, ketimbang dibiarkan menumpuk lebih baik diolah dan dibuat pupuk. Apalagi di sini ada kegiatan urban farming, yakni kegiatan bertani yang terintegrasi dengan masyarakat perkotaan,” sahutnya.
Ketua penggerak kelompok mayarakat, Siti menjelaskan dalam mengolah koran ini, prosesnya dari melinting lembaran koran hingga mejadi gulungan menyerupai bamboo kecil. kemudian dilem agar tidak kembali buyar. Setelah terkumpul banyak, ukurannya disesuaikan dan disusun menyerupai bentuk yang diinginkan. “Seperti kotak pensil, setelah jadi bentuknya, direkatkan dan diolesi lem hingga mengering.”
terbit di Sumatera Ekspres 16 Agustus 2018 hal 14