TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG- Perjalanan karir Drs. Tri Wahyudi Saleh, begitu panjang. Berawal dari jadi asisten dosen, kemudian jadi pialang, farmasi hingga kini menjadi Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.
"Saya suka mencari tantangan, haus akan pengetahuan dan totalitas mengerjakan sesuatu," kata Tri Wahyudi Saleh saat Leader Talk secara Virtual di Tribun Sumsel dan Sriwijaya Post, Kamis (24/2/2022).
Menurut pria kelahiran 29 September 1967 ini, selain totalitas dalam mengerjakan sesuatu juga harus fokus, serius dan yang paling penting ikhlas.
Tri Wahyudi Saleh menceritakan kehidupan dan perjalanan karirnya, lahir di Jakarta, 29 September 1967. Ibu dan bapak orang Purwokerto.
"Waktu dilahirkan nama saya sebenarnya hanya Tri Wahyudi, karena tiga kakak saya namanya pendek maka orang tua saya menambahkan nama Saleh," katanya.
Mudah-mudahan pemberian nama dari orang tua tersebut menjadikannya pribadi yang saleh. Intinya dari tujuh bersaudara Tri Wahyudi Saleh merupakan anak ketiga.
"Saya berkarir dari bawah, saya lulusan sekolah pertanian menengah atas di Yogjakarta. Sekolah yang sangat susah lulusnya, karena disana calon PPL yaitu penyuluh pertanian lapangan. Jadi saya bisa lulus tiga tahun, karena maksimalnya lima tahun," katanya
Tri Wahyudi Saleh pernah bercita-cita ingin menjadi Ir Prof Dr Tri Wahyudi Saleh, itu cita-cita. Usai lulus PPL ia melanjutkan kuliah di Universitas Nasional (Unas) di Jakarta ambil biologi.
"Saya sempat diangkat jadi asisten dosen, ketemu lah sama yang saat ini jadi istri saya. Saya dulu ngajar istri saya juga. Alhamdulillah kita bisa lulus bersama," ceritanya
Selesai kuliah 1990 dan menikah 1992. Setelah lulus ia jadi pialang di Jakarta. Mental ditempa untuk menahan diri dan menahan emosi.
Jadi selama dua tahun jadi pialang dan gagal, uang habis.
"Kemudian saya jadi tukang obat medical representatif disalah satu perusahaan asing di Jakarta. Setiap tahun saya naik jabatan, dan saya lima tahun di sana," katanya
Menurutnya perjalanan hidup tidak ada yang tahu, tapi dengan kerja keras dan doa itu akan merubah semuanya. Setelah kerja di farmasi, pada tahun 1995 kebetulan keluarga mengatakan sudahlah berhenti bekerja di swasta, karena tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kedepan. Cobalah cari dipemerintahan.
"Kebetulan waktu itu saya dapat bea siswa kuliah dari Bulog. Lalu pada 1995 ada peneriman di Bulog dan saya ikut tes dan Alhamdulillah lolos. Meskipun waktu itu pengumumannya lama, tes 1995 dan diumumkan lulus 1997," katanya
Karena masa transisi, jadi waktu itu ia masih kerja di farmasi. Di sana sempat naik jabatan lagi, diangkat jadi traning manajer development. Sampai akhirnya di 1997 diumumkan masuk Bulog dan jadi PNS.
"Dari swasta ke pemerintah tentunya berbeda. Tapi saya berpikir orang tua tidak akan mencelakakan anaknya, saran orang tua saya turuti dan saya berhenti di farmasi. Kemudian saya masuk Bulog," katanya
Meskipun penghasilannya waktu itu jauh dari saat ia kerja di swasta, tetap ia jalankan dengan serius. Waktu masuk Bulog ditugaskan di Cianjur, dari Jakarta ke Cianjur selama enam tahun.
Lalu waktu itu ada krisis moneter jadi yang teman-teman di farmasi banyak dipecat, itu artinya doa orang tua tidak akan mencelakakan anaknya.
"Pada saat teman-teman berhenti bekerja pada waktu itu saya sudah dapat pekerjaan meskipun pengasilahnya kecil. Saya tipenya mau belajar terus dan pada 2000 saya kuliah lagi di IPB, ambil manajemen agribisnis. 2003 lulus S2 dan kemudian saya dipromosikan ke Bandung jadi Kepala Seksi," ungkapnya.
Di Bandung enam tahun jadi kepala seksi, dan merasa itu jabatan terlalu lama. Akhirnya diputuskannya ingin kulia S3 di IPB, namun tidak diijinkan atasan dan diberikan jabatan jadi wakil kepala di Karawang.
"Saya termasuk orang yang berani menyampaikan pendapat, saya sudah kerja maksimal kok masih disini jabatannya. Akhirnya pimpinan memutuskan saya jadi wakil pimpinan Bulog di Karawang, tapi karena belum cukup umur jadi Plt dulu," katanya
Menurutnya ia berani mengemukakan pendapat karena sudah makismal bekerja. Semua sudah dilaksanakan, prestasi ada kok seperti ini saja.
Maka ia protes, pimpinan melihat memang sudah bekerja dengan baik jadi diberikan jabatan tersebut.
"Lalu bulan puasa, baru tiga bulan jadi wakil saya dapat SK ditempatkan jadi kepala bagian di kantor pusat. Saya dari daerah ke kantor pusat, jadi kepala bagian distribusi angkutan selama dua tahun," katanya
Kemudian dalam perjalanan ada beda pendapat dengan direktur pada waktu itu, beda pendapat dalam hal kerjaan.
Lalu ia dipindahkan ke Jember, itu jauh sekali. Surabaya Jember bisa 10 jam, memang disana tipe A yang tinggi.
"Saya tanya kenapa saya ditugaskan disana, disana ada persoalan besar yang harus kamu selesaikan. Jadi PR saya, disana saya jadi kepala dan karena ada persoalan hukum saya ketemu kepala kejaksaan Jember dan 10 tahun kemudian jadi besan saya," katanya
Dua tahun di Jember, dengan dinamika luar biasa. Cobaan luar biasa, setelah itu dipindahkan ke Jakarta lagi. Di sana jadi GM unit bisnis transportasi logistik.
Dua tahun dan ditargetkan tiga tahun harus jadi persero.
"Dirut Pertamanya saya, tapi jadi plt dulu karena belum cukup umur, dua tahun plt dan tiga tahun jadi Dirut. Saya lapor mau berhenti jadi Dirut karena lahan basa dan banyak fitnah. Saya mau jadi kepala devisi pengadaan saja, dan disetujui namun disitu hanya enam bulan," katanya
Lalu, lima talent diusulkan jadi Dirut Bulog dan itu termasuk dirinya. Empat mundur dan tinggallah dia. Kalau empat mundur jadi ia tetap maju bismilah.
"Saya maju jadi Direktur operasional Bulog. Selama satu tahun kemudian jadi Direktur Penggandaan, kemudian pindah lagi jadi Dirut komersil dan Dirut operasional lagi. Bulog ini terlama dari 2016-2020 setelah itu baru masuk ke Pusri," katanya
Menurutnya, semua rahasia Allah, apa yang dikerjakan tetap atas dasar doa orang tua, istri dan anak serta campur tangan Tuhan.
Jalin hubungan baik ke atas dengan tuhan, itu kunci yang baik. Lalu harus rendah hati, berbuat baik kepada siapapun.
"Mudah-mudahan pengalaman pribadi saya bisa menginspirasi semua orang, terutama anak muda. Karena di Pusri ini hampir 86 persen populasinya milenial, itulah salah satunya juga sebagai kekuatan kami," katanya
Mudah-mudahan pengalaman pribadi ini bisa menginspirasi Anak-anak muda, yang baik silakan diambil yang kurang baik silakan dibuang.
Menurutnya, awalnya ia juga bingung kok ditempatkan di Pusri. Tapi karena setiap hari sering ke sawah, dan lain-lain. Ternyata setelah di hilir kini di hulunya.
"Perjalanan siklus itu saya lalui, ngurusin berasnya sudah sekarang ngurusin pupuknya. Apalagi baru kali ini yang jabat bukan orang pupuk, bisanya sarjana teknik kimia, industri tapi ini saya sarjana agribisnis yang masuk sini," katanya.
Tri Wahyudi Saleh ini membawa perubahan di PT Pusri, Pusri ini parik yang sudah tua jadi kalau gini-gini aja tidak akan ada perubahan.
Dulu Pusri jadi holding saat ini jadi anak. Tapi suatu saat Pusri akan besar lagi.
"Saya bilang saya ada gerakan lampaui target (GLT), saya ajak teman-teman tidak boleh hanya mencapai target 100 persen, tapi harusnya ++ bisa 105 persen bahkan mungkin 200 persen," cetusnya
Ia masuk di Pusri Agustus 2020 dan Desember 2020 bisa melampaui 160 persen untuk labanya. Ia ingin punya mimpi laba Pusri ini bisa sampai Rp 1 triliun, itu dilihat memang yang tidak mungkin.
Tapi ucapan adalah doa, jadi ada tim namanya one time one target dan one triliun.
"Alhamdulillah di 2021 mendekati Rp 1 triliun, bahkan kalau dihitung sebelum pajak itu lebih dari Rp 1 triliun, setelah pajak baru hampir Rp 1 trilliun," bebernya.
Tentang kepemimpinan menurutnya, dalam hidupnya ada empat suku kata yang selalu diingatnya, pertama jalani, syukuri, sabar dan ikhlas.
Jalani, setiap kali dapat amanah, jalankan dan ambil risikonya. Habis dijalaini mau baik tidak baik tetap disyukuri.
"Karena kata Allah kalau kita mensyukuri akan ditambah nikmatnya. Kemudan sabar, setiap ada persoalan kita harus sabar dan jangan lupa diri. Terakhir ikhlas, sesuatu yang ikhlas itu mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan," katanya
Tri Wahyudi Saleh menambahkan, ada generasi emas pusri untuk Indonesia tercinta (Gempita), mereka sebagai gerbong lokomotif perubahan. Mereka akan jadi kader estafet kepemimpinan di Pusri.
Dari milenial ini lebih dari 10 orang eselon satu dan 10 orang eselon dua. Jadi transpormasi bisnis dan transpormasi organisasi di Pusri.
Sumber : https://sumsel.tribunnews.com/2022/02/25/perjalanan-karir-tri-wahyudi-saleh-dirut-pt-pusri-suka-mencari-tantangan-dan-haus-pengetahuan?page=4