PALEMBANG, SRIPO-PT Pupuk Indonesia (Holding) akan mengembangkan pabrik pupuk NPK, sebagai bagian strategi menghadapi jenuhnya pasar pupuk urea dan menghadapi persaingan industri pupuk dunia.
Hal tersebut dikemukakan Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Holding), Aas Asikin Idat dalam acara penutupan Rapat Kerja Serikat Pekerja Pupuk Indonesia, di Graha Pupuk Sriwidjaja PT Pusri Jl. Mayor Zen Palembang, Jumat (24/3).
Aas dalam kesempatan itu menjelaskan berbagai hal terkait dengan tantangan industri pupuk Indonesia. “Secara umum selama tahun 2016, kondisi perpupukan kurang cerah. Satu sisi harga internasional jatuh, sementara harga pokok kita tinggi” katanya.
Dia katakan tingginya harga pokok produksi pupuk nasional sebagai akibat masih tingginya harga gas sebagai bahan baku. “Kalau di negara produsen lain, harga beli gas hanya 2-3 dolar AS, tapi industri pupuk kita harus memberli 6 dolar AS per MMBTU,” katanya.
Pada bagian lain, yang juga mempengaruhi kemampuan daya saing industri pupuk nasional adalah, sebagian besar pabrik sudah berusia tua, sehingga tidak efisien dalam produksinya.
Menghadapi berbagai tantangan tersebut, kata Aas, PT Pupuk Indonesia, selaku holding yang melakukan upaya strategis. Yakni yang pertama menekan harga pokok dengan upaya efisiensi dalam produksi.
“Selain itu, dengan melihat pupuk unsur N, produksi dunia sudah melimpah. Maka kita akan mengembangkan produksi pupuk NPK yang relatif masih besar pangsa pasarnya,” katanya. Dia jelaskan, produksi dunia untuk pupuk urea dewasa ini mencapai 240 juta ton, sedangkan pemakai hanya 170 juta ton. Maka yang bisa masuk pasar tentu produsen yang efisien,” katanya.
Salah satu strategi menghadapi ini, kata Aas, dalam 5 sampai 15 tahun kedepan PI akan mengembangkan pabrik NPK.
“Pilihan membangun pabrik NPK ini, disatu sisi pemakaian gas sebagai bahan baku tidak besar, harganya pun bisa mengikuti pasar internasional,“ jelasnya.
Aas menambahkan, selain terus berupaya agar mampu bersaing di pasar ekspor untuk produk urea, PI juga akan mengembangkan investasi pada industri turunan dari urea dan amonia.
“Jadi dalam menghadapi tantangan ini, kita tidak hanya berusaha bertahan, tapi juga harus tetap bisa tumbuh,” katanya.
SP Sebagai Mitra
Pada kesempatan itu, dihadapan peserta raker, Aas Asikin menegaskan keberadaan Serikat Pekerja adalah sebagai mitra manajemen. “Silahkan berkumpul untuk membicarakan kemajuan perusahaan. Beri masukan dan saran kepada manajemen. Jadilah serikat pekerja yang intelek,” kata Aas.
Menurutnya, pengurus serikat pekerja hendaklah orang-orang yang punya pengetahuan yang luas, tentang industri pupuk. Dan juga mengetahui keadaan perusahaan.
Pada bagian lain, Iwan Sugihartawan, Ketua Presidium Serikat Pekerja Pupuk Indonesia, menyatakan SPPI dalam perjalanannya mampu menjadi mitra manajemen. “Dalam raker ini pun kita lebih banyak membahas persoalan tantangan yang dihadapi perusahaan.
Dan mencoba memberikan pemikiran sebagai masukan dan saran demi kemajuan perusahaan.” katanya.