Jakarta, CNN Indonesia -- Keputusan Pemerintah menurunkan harga gas bagi industri pupuk diproyeksi bakal menjadi sentimen positif untuk sektor pertanian.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Aas Asikin Idat mengatakan, kebijakan Presiden Joko Widodo tersebut merupakan kabar baik bagi kelangsungan industri pupuk di tanah air yang tengah mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut terjadi akibat meningkatnya biaya produksi karena harga gas yang tinggi.
Ia mengatakan harga gas yang mahal saat ini membuat urea Indonesia tidak bisa bersaing karena biaya produksi urea yang sudah melebihi harga pasar internasional.
“Bila terus berlanjut, mungkin kami harus menurunkan rate produksi. Namun dengan kabar baik ini, kami bisa pastikan bahwa pabrik pupuk akan dapat terus bertahan dan mengamankan pasokan pupuk dalam rangka meningkatkan produksi pertanian," ujar Aas dalam keterangan pers, Minggu (23/10).
Ketersediaan pupuk, menurut Aas, akan menunjang program pemerintah dalam swasembada pangan, mengurangi ketergantungan terhadap produk impor, serta meningkatkan kesejahteraan petani.
"Apabila harga gas bisa diturunkan hingga level 3 dolar AS, industri pupuk akan dapat bersaing lagi dengan pupuk urea impor yang saat ini mulai membanjiri pasar dalam negeri," kata Aas.
Menurutnya, sebagai negara agraris sudah sepatutnya Indonesia dapat memenuhi sendiri kebutuhan pupuk dalam negerinya, dan tidak tergantung kepada produk impor.
Pasokan pupuk juga dapat lebih terjamin sesuai dengan prinsip 6 tepat (tepat waktu, jumlah, jenis, lokasi, mutu dan harga), sehingga para petani yang berada di daerah terpencil juga dapat memperoleh pupuk sesuai kebutuhannya dengan harga yang terjamin.
“Bukan hanya itu, dengan turunnya harga gas, sebenarnya juga turut membantu meringankan beban subsidi karena tagihan subsidi kepada Pemerintah jelas akan berkurang juga,” kata Aas.
Bila produsen mampu bersaing, tentunya akan menghasilkan laba yang kemudian akan berkontribusi terhadap Pemerintah dalam bentuk pajak dan dividen.
“Belum lagi multiplier effect yang dihasilkan, dimana industri pupuk banyak menyerap tenaga kerja, mulai dari kios-kios di daerah, distributor, perusahaan transportasi, pemasok barang, sampai memberdayakan masyarakat di sekitar pabrik,” kata Aas.
Tingkatkan efisiensi
Di tengah kondisi sulit dan dibayangi kemungkinan menurunkan rate produksi, Aas menegaskan PT Pupuk Indonesia terus meningkatkan efisiensi. Salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan menekan konsumsi bahan baku gas lewat program revitalisasi.
“Karena usia pabrik yang rata-rata sudah tua dan menggunakan teknologi lama, pabrik urea kita termasuk boros konsumsi gasnya. Rata-rata pabrik kita sudah berusia di atas 20 tahun dan konsumsi gasnya sekitar 35 MMBTU/ton," jelas Aas Asikin.
Pabrik-pabrik yang sudah tua dan boros tersebut, akan dimatikan dan digantikan pabrik baru yang lebih efisien dan hemat energi dengan rata-rata konsumsi gas sektiar 25 MMBTU/ton.
Program revitalisasi yang telah berjalan antara lain pembangunan Pabrik Kaltim-5 di Bontang yang telah diresmikan Presiden RI tahun lalu, kemudian Pusri 2B di Palembang yang diharapkan selesai tahun ini, serta pabrik Amurea 2 di Gresik yang ditargetkan beroperasi tahun 2018.
“Kami juga meningkatkan penghematan biaya distribusi, dan biaya-biaya nongas lainnya," kata Aas.
Menghadapi musim tanam Oktober ini, Aas juga memastikan bahwa stok pupuk di semua daerah aman. Pupuk Indonesia sendiri mendapat penugasan penyaluran pupuk bersubsidi sebesar 9,55 juta ton untuk semua jenis pupuk. Besaran ini ditentukan oleh alokasi yang ditetapkan Kementerian Pertanian.
“Jadi, tiap kabupaten mempunyai alokasi yang besarannya ditentukan oleh Pemerintah, kami selaku produsen akan menyalurkan sesuai alokasi tersebut," jelas Aas.
Untuk stok pupuk sendiri, saat ini berada dalam kondisi yang sangat aman. Sampai Oktober 2016, total stok untuk semua jenis pupuk bersubsidi di lini 3 mencapai 1.293.345 ton, atau hampir empat kali lipat dari ketentuan Pemerintah. “Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai akhir tahun," tegas Aas.
Rincian dari total tersebut adalah stok urea 602.240 ton, NPK sebesar 385.290 ton, SP36 sebesar 124.186 ton, 89.532 ton, dan pupuk organik 91 ribu ton. “Jadi dari sisi stok sangat aman. Bila ada daerah yang mengeluhkan kekurangan pupuk, mungkin karena alokasi daerah tersebut sudah habis dan perlu mengajukan permohonan re-alokasi”, jelasnya.(rel)