Kabar Pusri

Terobosan Pusri Menuju Efisiensi Penggunaan Energi

27 December 2013

HARGA harga bahan bakar minyak (BBM) yang cenderung terus naik, membuat dunia usaha menoleh ke sumber energi alternatif yang lebih murah dan tersedia melimpah.

Salah satunya batu bara. Indonesia mempunyai cadangan bahan tambang itu dalam jumlah besar, yakni sekitar 19,3 miliar ton. Hingga kini, pemanfaatannya di dalam negeri masih kecil. Dari produksi rata-rata 131,72 juta ton per tahun yang dipergunakan baru 32,91 juta ton per tahun, sedangkan sisanya diekspor. Biaya pemakaian sumber energi itu jauh lebih murah ketimbang BBM.

Untuk memproduksi 1 ton steam jenuh 5 bar per jam berbahan bakar batu bara, misalnya, bisa menghemat biaya Rp 415 juta lebih per tahun. Sementara itu, penggunaan batu bara untuk boiler pada industri serat sintetis, mampu menurunkan biaya energi sebesar 30%, sedangkan pada pembangkit listrik penurunannya mencapai 40%.

Memang perlu diakui, selain keunggulannya, batu bara punya kelemahan. Pembakarannya menghasilkan CO2 yang merupakan gas rumah kaca dan berbahaya bagi lingkungan. Di samping itu, menghasilkan sulfur dioksida ketika dibakar.

Di atmosfer, senyawa tersebut menjadi asam sulfur, yang memicu iritasi paru dan merupakan komponen utama hujan asam. Meski demikian, saat ini sudah tersedia teknologi untuk mengatasi kelemahan tersebut. Para pakar juga terus mengkaji agar dampaknya terhadap lingkungan menjadi nol. Ke depan, dengan pertimbangan efisiensi dan berbagai kelebihan yang dimiliki, batu bara dipastikan akan kian dilirik oleh kalangan industri.

PT Pusri Palembang, contohnya, telah menggandeng produsen batu bara PTBukit Asam Tbk dalam mengurangi penggunaan gas untuk kebutuhan sehari-hari di luar bahan baku. Kedua pihak sudah melakukan Head of Agreement (HoA) untuk melakukan studi kelayakan proyek gasifikasi.

Bukit Asam menyatakan sanggup mengalokasikan area khusus untuk proyek tersebut. Gasifikasi membutuhkan konsistensi pasokan batu bara minimal selama 20 tahun, sehingga dibutuhkan lokasi khusus. Kurang dari angka itu proyek tidak bankable, sehingga sudah mencari pendanaan.

TEROBOSAN 

Apabila semua berjalan lancar, empat tahun ke depan proyek gasifikasi bisa selesai. Diperkirakan efisiensi gas yang bisa dilakukan paling tidak 25% dari kebutuhan utilitas perusahaan. Saat ini, Pusri Palembang yang memasok pupuk urea bersubsidi ke Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jambi, Bangka-Belitung, Jateng, dan Banten, membutuhkan gas hingga 225 juta kaki kubik per hari.

Namun, karena pasokan dari Pertamina EP, Medco, dan Pertagas hanya 200-205 juta kaki kubik per hari, kapasitas pabrik yang termanfaatkan hanya 90%. Kendati demikian, Pusri tetap mampu memenuhi pasokan urea pupuk bersubsidi yang merupakan penugasan pemerintah sebesar 1,293 juta ton pada tahun ini. Sulfa Ganie, Manajer Humas PT Pusri Palembang menyatakan, pihaknya telah banyak melakukan terobosan dalam upaya efisiensi.

Dari penggunaan gas untuk operasional sehingga mengefisiensikan penggunaan listrik, mengurangi penggunaan energi gas dengan substitusi energi dari batu bara, sampai revitalisasi pabrik tua dengan membangun yang baru. Peletakan batu pertama pabrik baru yang diberi nama Pabrik II-B dilakukan April 2013. Fasilitas itu untuk mengganti Pabrik II yang hampir berusia 40 tahun.

Pabrik II-B akan menambah kapasitas produksi sebesar 660.000 ton pupuk amoniak serta 907.500 ton pupuk urea per tahun. Lebih dari itu, pabrik baru akan menghemat konsumsi energi gas bumi hampir 12 million metric british thermal unit (mmbtu) per ton urea dari 33,98 mmbtu per ton urea menjadi 22 mmbtu per ton urea.

‘’Tak kalah penting, Pabrik II-B sangat ramah lingkungan dan insya Allah berope rasi Desember 2015 mendatang,’’jelasnya. Terobosan lain terkait dengan efisiensi adalah penerapan proyek Steam Turbin Generator boiler batu bara (STG) atau substitusi dari gas bumi ke batu bara. Melalui STG, Pusri menghemat pemakaian gas bumi sebesar 17 million cubic feet per day standard (mmscfd), yang akan dialokasikan ke gas proses Pabrik II-B.

OPTIMALISASI

Dari sisi biaya, penggunaan batu bara juga menurunkan biaya steamsekitar 6 dolar AS per ton, serta menghemat biaya listrik 0,12 dolar AS per kilo watt hour (KWh).

Pusri juga telah lama melakukan optimalisasi pemanfaatan tail gas yang diolah melalui unit pengolah limbah gas atau Purge Gas Recovery Unit (PGRU). Jika sebelumnya ada yang terbuang ke atmosfer, sekarang tail gas dimanfaatkan sebagai gas bakar. Nilai penghematan energinya mencapai 0,4 mmbtu per ton NH3.

Belum lama ini dilakukan penggantian unit PGRU Pusri-IV dari cryogenic menjadi membrane dengan penghematan energi 3,79 mmbtu per ton NH3 atau setara 20.000 dolar AS per hari. Pada intinya, perusahaan berkomitmen terus menjadi perusahaan yang efisien dan ramah lingkungan.

Program-program yang berkaitan dengan kedua hal itu terus digalakkan. Jadi, tak mengherankan kalau BUMN tersebut menerima berbagai penghargaan yang berhubungan dengan lingkungan dan efisiensi, khususnya energi.

Penghargaan yang diperoleh selama tahun ini adalah ‘’Proper Hijau’’ untuk kinerja lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Lalu, ‘’Industri Hijau’’ dari Kementerian Perindustrian dan ‘’Efisiensi Energi Nasional’’ kategori inovasi khusus dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Di samping itu, ‘’Indonesia Green Award’’ kategori pelestari keanekaragaman hayati; serta pelopor pengolahan sampah dan pencegahan polusi.

Oleh Bambang Tri Subeno-79
di edit oleh Humas PT Pusri
Layanan Pelanggan Report Governance Public Info FAQ