Pusri Kaji Penerbitan Obligasi
PT Pupuk Sriwidjaja ( Pusri ) Palembang mengkaji penerbitan obligasi untuk membiayai pembangunan pabrik pusri II B yang bakal menelan investasi sekitar US$600 juta. Pembangunan pabrik itu dijadwalkan rampung pada akhir 2012.
Hal itu disampaikan Direktur Utama PT Pusri Palembang Eko Sunarko seusai penandatangan nota kesepahaman ( MoU ) sinergi pasokan gas dan investasi dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk, PT Bukit Asam Tbk (PT BA), PT Krakatau Steel (KS) Tbk, dan PT. Pertamina Gas (Pertagas) dikantor kementrian BUMN, Jakarta, kemarin.
Menurut Eko, selain mencari sumber pembiayaan yang lebih optimal, penerbitan obligasi diharapkan terlaksana 2012. “Belum tahun ini ( 2011 ), tapi kami upayakan akhir tahun depan.”
Ia menambahkan dengan menerbitkan obligasi, pihaknya berharap dapat lebih dikenal publik, khususnya investor. Meski begitu, Eko tidak merinci berapa besar nilai obligasi yang ingin diterbitkan Pusri.
Adapun Pabrik baru yang berlokasi di Palembang, Sumatera Selatan, itu akan memiliki kapasitas Produksi 2000 ton pertahun. Menurutnya, saat ini, Pusri memiliki empat pabrik yang berusia rata-rata 30 tahun. Dengan usia mesin yang sudah tua tersebut, pabrik pupuk ini sangat boros bahan bakar.
“ Pabrik berusia sekitar 30 tahun menghabiskan bahan bakar gas 30-40 mmbtu untuk produksi setiap ton pupuk. Kalau dengan teknologi baru, bahan bakar gas hanya berkisar 20 mmbtu per ton pupuk, “ ujarnya.
Dalam rangka optimalisasi pabrik, perseroan melakukan revitalisasi bertahap dengan kebutuhan gas sekitar 313 mmscfd untuk gasifikasi dan boiler.
Sinergi BUMN
Dalam kesempatan itu, Pusri bersama PGN , PTBA , PT Krakatau Steel (KS) Tbk, dan PT Pertamina Gas ( Pertagas ) Menandatangani sejumlah nota kesepahaman ( MoU ) kerja sama.
Melalui MoU tersebut, Pusri akan mendapatkan pasokan gas dari PGN dan Pertagas, serta suplai batu bara dari PTBA.
Direktur Teknik dan Pengembangan Pusri Benny Haryoso mengatakan gas yang nanti dialirkan PGN kepada pihaknya akan berasal dari Blok Gresik, Sumatera Selatan, yang dioperatori Conoco Philips dengan kapasitas 85 mmscfd dan bisa direalisasikan pada 2015.
Adapun dari Pertagas Pusri sudah memiliki kontrak pembelian 14 mmscfd. Pada MoU tersebut, kontrak pembelian gas diperbaharui dari sebelumnya seharga US$3,6 per mmbtu menjadi sekitar US$ 5/mmbtu.
Pusri juga bekerja sama dengan PTBA untuk keperluan pasokan batu bara selama jangka waktu 20 tahun kedepan. Batu bara digunakan untuk pembangkitan listrik dan steam berbahan bakar batu bara milik Pusri.
Pusri juga menggandeng PTBA untuk gasifikasi batu bara yang saat ini sedang dikerjakan studi kelayakannya. Eko menjelaskan, bahan bakar gas dari batu bara itu untuk digunakan sebagai bahan baku pupuk. Adapun saat ini kebutuhan gas Pusri mencapai 225 mmscfd.
Di lain hal, PGN juga menyepakati kerja sama dengan KS untuk membangun terminal regasifikasi gas alam cair tujuannya, mempelancar kegiatan jual beli gas di kawasan industri KS, Cilegon.
Presiden Direktur PGN Hendi Prio Santoso mengatakan kapasitas terminal regasifikasi gas terapung (Floating Stroage And Regasification Unit /FSRU) itu sama dengan FSRU Jawa Barat yang berkapasitas 3 juta ton gas pertahun (MTPA). (Ant/E-3)