Pusri Beralih ke Gasifikasi
PALEMBANG, KOMPAS – PT Pupuk Sriwidjaja akhirnya merealisasikan rencana pengalihan bahan baku dari gas alam ke batu bara melalui proses gasifikasi. Hal ini ditandai dengan terjalinnya kesepakatan awal antara PT Pusri dengan PT Bukit Asam mengenai pengalokasian batu bara.
Demikian disampaikan Manajer Hukum dan Humas PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Zain Ismed, Senin (5/7) di Palembang. Dijelaskan, penandatanganan kesepakatan awal kedua badan usaha milik negara (BUMN) ini berlangsung pada Februari 2010.
Mengenai kebutuhan batu bara, untuk proses gasifikasi tersebut, Zain Ismed belum bisa memastikan karena sampai sekarang belum ada kesepakatan lebih lanjut tentang nilai dan volume jual beli batu bara.
“Jumlah kebutuhan nya sedang dikalkulasi. Setelah pasti, baru dilaksanakan perjanjian lanjutan dalam waktu dekat. Gasifikasi batu bara ini sangat diperlukan untuk menyubstitusikan gas alam yang selama ini dipasok PT Pertamina.” katanya.
Dipicu ketidakpastian
Keputusan Direksi PT Pusri untuk beralih menggunakan gas yang diolah dari batu bara sebagai bahan baku pembuatan pupuk urea sebenarnya sudah dilontarkan sejak akhir 2009. Gagasan ini dikemukakan pihak direksi PT Pusri, Kementrian energi dan Sumber daya mineral (ESDM), serta sejumlah lembaga pemerintah lainnya dengan mempertimbangkan ketidakpastian pasokan gas alam dari PT Pertamina ke PT Pusri. Kekhawatiran PT Pusri mengenai ketiadaan jaminan pasokan gas alam dari Pertamina ini selalu berulang, terutama saat kontrak jual beli gas hendak berakhir.
Sebelumnya Direktur Utama PT Pusri Dadang Heru Kodri juga mengatakan, hingga tahun ini PT Pusri belum kunjung mendapat kepastian soal p3embaruan kontrak pasokan gas alam dari pertamina ”padahal sudah disampaikan bahwa kontrak gas berakhir awal 2012. tentunya kami tidak ingin proses produksi terganggu dengan mempertimbangkan tanggung jawab PT Pusri dalam menjaga stabilitas pangan, ” kata Dadang.
Meski pernyataan itu bernada desakan, Dadang mengaku bisa memakluminya. Alasannya, mayoritas produksi gas alam pertamina ini sudah dikontrak pembeli dari luar negri. Disisi lain, pasokan gas alam untuk kebutuhan domistik tidak hanya mengalir ke PT Pusri, tetapi juga kesejumlah BUMN lain seperti PT PLN, pabrik pupuk lain dan PT Pertamina sendiri.
Mencari solusi
Karena maslah ini selalu berulang dan sudah berkategori mengganggu kinerja PT Pusri sebagai salah satu garda depan mempertahankan pertahanan tangan nasional bersama petani, Dadang dan pentinggi PT Pusri lainnya bersepakat untuk mencari alternatif bahan baku selain gas alam.
Dengan mempeljari berbagai alternatif, akhirnya PT Pusri menjatuh\kan pilihannya pada batu bara atau mas hitam.bahan bakar ini dengan kadar kalori tertentu,bisa diolah sehingga menghasilkan gas. TeKnik gasifikasi dari batu bara ini dinilai merupakan pilihan yang paling tepat dan sesuai untuk saat ini.
Penjelasan Dadang ini juga dilengkapi contoh dari sejumlah negara, seperti Cina, India, dan Arab Saudi. Ketiga negara prodosen pupuk urea kimia tersebut sudah berhasil menerapkan sistem gasifikasi batu bara serta menggunakannya dalam proses produksi urea.
”Sekilas caranya,batu bara diolah dengan proses kimia dan biologi sehingga nanati bisa sinteseis gas," tutur Dadang.
Dadang memastikan gas batu bara bisa di terapkan PT Pusri. Akan tetapi, hal ini membutuhkan teknologi, biaya, dan waktu.
Mengenai biaya, di butuhkan 250 juta dollar Amerika Serikat (AS) untuk membangun satu mesin batu bara ke gas.Sementara waktu yang di butuhkan pembangunan awal sampai mesin siap beroperasi sekitar tiga tahun. Namun perlu di ingat, sistem ini sesuai diterapkan jika harga gas alam terus naik dengan batasan melebihi 8 dollar AS per MMBTU (million metric british thermal unit).
PT Pusri juga sudah mengandeng dua perusahaan Jepang bersama Balitbang Kementrian ISDN untuk membangun pabrik gasifikasi bernilai 60 juta dollar AS. (ONI)