Kabar Pusri

Industri Pupuk Butuh US$3,64 Miliar

23 August 2011

KARAWANG, Jawa Barat : Revitalisasi seluruh pabrik Pupuk diperkirakan menelan dana US$3,64 miliar untuk menghemat gas dan meningkatkan kapasitas produksi Pupuk.

Direktur utama PT Pupuk Sriwidjaja (Holding) Arifin Tasrif mengatakan pabrik Pupuk yang harus direvitalisasi meliputi PT Asean Aceh Fertilizer, Pusri II, III, IV yang usianya sudah tua sehingga konsumsi gas menjadi boros, PT Pupuk Kujang IA, PT Pupuk Kalimantan timur 1, dan PT Petrokimia Gresik.
“Dengan revitalisasi itu, akan ada penghematan konsumsi gas. Pabrik lama membutuhkan 33-34 MMscfd, sedangkan setelah direvitalisasi hanya butuh 24 MMscfd, sehingga akan ada penghematan 10 MMscfd,” ujarnya saat mendapingi Safari Ramadan Menko Perekonomian Hatta Rajasa akhir pecan lalu.
Dengan harga gas yang mencapai US$5 per MMbtu, kata Arifin, biaya produksi urea bias dihemat hingga US$50 per ton.
Dia memaparkan nilai investasi untuk AAF mencapai US$60 juta, Pusri US$1,5 miliar, Pupuk Kujang US$700 juta, Petrogres US$650 juta, dan Kaltim US$730 juta, sehingga total dana revitalisasi yang diperlukan US$3,64 miliar.
Jika revitalisasi tersebut direalisasikan, menurut dia, kapasitas produksi urea akan naik dari 7,03 juta ton menjadi 9 juta ton per tahun.
Arifin menjelaskan kapasitas seluruh pabrik Pupuk tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal karena beberapa pabrik sudah tua dan kesulitan mendapatkan pasokan gas.
Kapasitas produksi urea mencapai 7,13 juta ton pada tahun ini, tetapi prognosis hanya 6,9 juta ton. Rencana produksi NPK 2,81 juta ton, tetapi prognosa tahun ini hanya 2,32 juta ton.
Adapun, target produksi SP-36 750.000 ton, tetapi prognosis hanya 692.734 ton, sementara produksi ZA direncanakan 850.000 ton, tetapi produksi tahun ini diperkirakan hanya 899.363 ton.
Rencana produksi seluruh jenis Pupuk oleh seluruh pabrik pada tahun ini sekitar 11,54 juta ton, tetapi diperkirakan hanya 94%. “Beberapa kapasitas (pabrik Pupuk) tidak maksimal karena sebagian besar pabrik sudah tua,” ujarnya.
Kapasitas produksi yang tidak maksimal itu, kata Arifin, dapat dilihat ari realisasi produksi Pupuk pada tahun lalu yang hanya 7,09 juta ton.
Berdasarkan penugasan sesuai dengan permentan No. 22/Permentan/SR.130 / 4 / 2011, pada tahun ini seluruh pabrik Pupuk diperkirakan menyalurkan Pupuk bersubsidi sebanyak 8,04 juta ton.
Konsumsi jenis Pupuk ZA ungkapnya, meningkatkan disebabkan memiliki daya tahan penyakit. “Perlu melakukan revitalisasi seluruh pabrik Pupuk selama 5 tahun mendatang.”


Kesulitan gas
Di sela-sela kunjungan Menko Perekonomian, Dirut Pupuk Kujang A. Tossin Sutawiraka mengungkapkan pihaknya hanya memproduksi 900.000 ton urea atau 80% ari total kapasitas akibat keterbatasan pasokan gas.
Menurut dia, kapsitas desain dari dua pabrik perseroan sbesar 1,14 juta ton, tetapi hanya terealisasi 900.000 ton per tahun atau 80%, “ Realisasi produksi yang hanya 80% ini akibat pasokan gas yang terbatas.” ujarnya .
Tossin menuturkan produksi NPK dari Pupuk Kujang sebanyak 400.000 ton per tahun. BUMN Pupuk yang berada di bawah holding Pusri itu bediri di atas lahan seluas 510 hektare di karawang, Jawa Barat.
Dia memaparkan sebanyak 80% produksi Pupuk kujang disalurkan sebagai Pupuk bersubsidi dan sisanya didistribusikan sebagai Pupuk nonsubsidi.
Penyaluran Pupuk urea bersubsidi itu mencangkup wilayah di Jawa Barat, sedangkan penyaluran NPK untuk seluruh Indonesia. Selain urea dan NPK, di sekitar kawasan pabrik juga tumbuh industri atau diversifikasi dari anak perusahaan.
Menurut dia, sampai sekarang stok urea perseroan berada dalam keadaan aman yakni sebanyak 99.000 ton yang tersebar di gudang lini III (kabupaten).
Sementara itu, realisasi penyaluran urea bersubsidi pada januari-juli 2011 mencapai 2,47 juta ton, NPK sebanyak 882.389 ton, SP-36 372.455 ton, dan ZA 504.039 ton, sehingga total Pupuk subsidi yang sudah disalurkan 4,27 juta.
Adapun stok empat jenis Pupuk itu yang berada di lini 3 atau gudang distributor di kabupaten sebanyak 869.834 ton.

([email protected])


Layanan Pelanggan Report Governance Public Info FAQ