Pusri Investasi Pabrik Rp 521 Miliar
Palembang, RADAR PALEMBANG – Pusri tengah konsentrasi meningkatkan kuantitas Pupuk NPK. Tahun ini sudah dimulai pembangunan pabrik NPK Fusion II di Palembang. Rencananya, keberadaan pabrik baru ini akan mampu menghasilkan NPK sebanyak 200.000 ton per tahun. Dari sebelumnya yang hanya sekitar 100.000 ton per tahun.
Dalam pembangunan tersebut, Pusri menggandeng PT Wijaya Karya (Persero) sebagai kontraktor yang di tunjuk. Diyakini dalam waktu kurang dari 20 bulan, pabrik yang rencananya dibangun bersebelahan dengan pabrik Pusri IIB itu akan selesai dan dapat beroperasional penuh.
Sebagai permulaan pembangunan pabrik itu, Pusri melakukan penandatanganan kontrak EPC pembangunan pabrik NPK Fusion II, Selasa (12/12). Direktur Utama PT Pusri, Mulyono Prawiro mengatakan pembangunan pabrik NPK Fusion berkapasitas 2x100.000 ton diperkirakan selesai di 2019. Dengan adanya pabrik ini diyakini dapat memperkuat pasokan pupuk NPK di sektor pangan, perkebunan dan holtikultura terutama untuk wilayah Sumatera. “Pembangunan pabrik NPK Fusion II berteknologi Steam Fused Granulation merupakan salah satu pengembangan kapasitas pupuk NPK yang dilakukan Pupuk Indonesia Grup”, kaya Mulyono usai penandatanganan Kotrak EPC Pembangunan Pabrik NPK Fusion II Pusri.
Ia mengatakan, meski fokus pada penambahan produksi NPK, Pusri tetap konsisten memproduksi pupuk urea. Bahkan saat ini produksinya sudah berkisar 2.617.500 to per tahun dan amoniak 1.813.500 ton per tahunnya.
“Minat dan pangsa pasar serta kebutuhan pupuk NPK di Sumsel dan sekitarnya ini cukup besar. Bahkan kita mencapai 750.000 ton per tahun. Karena sektor pertanian dan perkebunan masih mendominasi pilihan petani. Sehingga untuk memenuhi itu, keberadaan pabrik ini dinilai tepat,” ungkap dia.
Terlebih saat ini para petani sudah tersosialisasi untuk menggunakan pupuk non subsidi. Selain itu, NPK dinilai cukup menguntungkan dalam segi manfaat penggunaan. Selain Sumsel, luasan pasar untuk NPK yang diproduksi Pusri seperti Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jambi, dan lainnya. “Pangsa pasar NPK relatif luas. Sektor perkebunan kelapa sawit, kopi, teh, dan lainnya menjadi sangat potensial untuk dijajaki pupuk NPK ini,” kata dia.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Aas Asikin Idat mengatakan, pihaknya berencana menambah kapasitas produksi pupuk NPK hingga 3,4 juta ton. Pupuk Indonesia optimis industri pupuk dan petrokimia mempunyai prospek yang baik ke depa dimana kebutuhan pupuk NPK, akan terus meningkat. “Saat ini Ppupuk Indonesia grup memiliki pabrik NPK dengan kapasitas 3,1 juta ton per tahun dan akan dikembangkan hingga dua kali lipat hingga tahun 2021,” jelasnya.
Sebagai upaya meningkatkan daya saing perusahaan, pengembangan NOK memang menjadi prioritas Pupuk Indonesia kedepan. Menurutnya, NPK telah terbukti memberikan hasil yang optimas dalam meningkatkan produktivitas tanaman, baik itu tanaman pangan maupun perkebunan. Pemerintah sendiri saat ini terus menggalakkan pola pemupukkan berimbang melalui penggunaan pupuk NPK.
Berdasarkan analisis pasar pun, potensi pupuk NPK untuk sktor perkebunan juga sangat menjanjikan karena kebutuhan pasar dalam negeri masih cukup tinggi. Hingga tahun 2021, Pupuk Indonesia berencana akan mengembangkan pabrik NPK hingga 3.400.000 ton.
Saat ini, kata dia, selain pengembangan berkapasita 200.000 ton per tahun, PT Pupuk Kujang sebesar 200.000 ton per tahun, PT Pupuk Iskandar Muda 1.000.000 ton per tahun, PT Petrokimia Gresik sebesar 500.000 ton per tahun, dan di PT Pupuk Kalimantan Timur 1.000.000 ton per tahun.
“Kapasitas produksi urea saat ini sekitar 8l3 juta ton tidak akan kami tambah lagi dan akan kami optimalkan untuk memenuhi kebutuhan domestik dalam rangka ketahanan pangan, serta menggunakan produk urea hasil produksi kita sebagai bahan baku pupuk NPK,” kata Aas.
Selain pembangunan proyek NPK, upaya lain untuk meningkatkan daya saing adalah peningkatan efisiensi pabrik dengan melakukan revitalisasi pabrik.
“Pupuk Indonesia Group telah melakukan berbagai proyek pengembangan dan melakukan revitaslisasi, yaitu mengganti pabrik yang sudah tua dengan pabrik yang lebih canggih dan hemat konsumsi gasnya. Sejauh ini sudah tiga proyek besar yang dilaksanakan oleh Pupuk Indonesia salah satunya adalah pabrik Pusri IIB,” ujar dia.
Ia mengatakan Pusri IIB ini menggantikan Pabrik Pusri II yang telah berumur lebih dari 40 tahun. Pabrik Pusri IIB selain menerapkan teknologi baru juga dapat menghemat bahan baku gas alam. Pabrik Pusri IIB akan menghemat pemakaian gas hingga 14 MMBTU per ton urea. Sehingga menurutmu harga pokok produksi, agar dapat bersaing dan kompetitif.
Selain meningkatkan efisiensi melalui revitalisasi, Pupuk Indonesia juga akan mulai merambah bisnis petrokimia lainnya yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan urea. :Saat ini Pupuk Indonesia tengah menjajaki kemungkinan pengembangan produk petrokimia di Bintuni seperti methanol, ethylene, dan lain sebagainya," tandasnya.
Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Bintang Perbowo mengatakan, pihaknya memang memiliki tenggat waktu pembangunan pabrik NPK Fusin II ini selama 20 bulan. Namun diyakini dapat depercepat menjadi 18-19 bulan pengerjaan.
“Kami akan berupaya mempercepat pembangunan. Karena ini demi ketahanan pangan di Indonesia,” jelasnya.
Ditunjuknya BUMN ini sebagai kontraktor mengingat sudah berhasil membangun pabrik di Petrokimia Gresik beberapa waktu lalu. “Ini plan kami yang kedua. Harapannya kami dapat selesaikan pembangunan tepat waktu dan ini dikarenakan sinergis bersama PT Pusri dan PT Pupuk Indonesia,” terang dia.
Diketahui, dalam pembangunan pabrik NPK tersebut PT Pusri menganggarkan sebanyak Rp521 miliar. (iam)