Kabar Pusri

Sulit Dapatkan Pupuk Urea Nonsubsidi

31 January 2008

Sektor perkebunan kini kesulitan mencari pupuk urea non subsidi. Di pasaran persediaan pupuk urea non subsidi ini terbatas, akibatnya harga di pasaran melambung hingga Rp 3.000 per kilogram. Sebagian perusahaan perkebunan terpaksa melakukan penanaman dengan ketersediaan pupuk yang minim.

?Kami sekarang susah mencari urea. Distributor mengaku ada keterlambatan pasokan. Kondisi ini mengakibatkan terganggunya pertumbuhan, padahal Februari ini masuk musim tanam,? tutur Humas PT Perkebunan Nusantara II, Modal Pencawan Peranginangin, Senin (28/1) di Medan.

Modal mengatakan memasuki musim tanam ini, PTPN II membutuhkan 3.000 ton urea. Kebutuhan pupuk sebanyak itu dipakai untuk tanaman tembakau, tebu, dan karet. Dia memastikan, akibat terganggunya pemupukan, pertumbuhan tanaman terhambat. Tanaman, katanya, dipastikan kekurangan unsur hara yang dibutuhkan.

Kesulitan serupa mencari urea juga dialami pengusaha perkebunan sawit di Sumut Timbas Ginting. Hanya saja, Timbas tidak bersedia menjelaskan persis berapa harga urea non subsidi yang dia dapatkan di lapangan. Berbeda dengan perusahaan perkebunan lain, Humas PTPN IV Lidang Panggabean mengaku belum menemui kesulitan mencari pupuk urea.

Untuk Kebutuhan Pangan

Manajer Area PT Pusri Sumut, Renaldi Setiabudi membenarkan adanya kelangkaan pupuk urea. Kelangkaan terjadi lantaran, PT Pusri -- salah satu produsen urea -- memprioritaskan pada kebutuhan tanaman pangan. Pupuk bersubsidi, katanya, menjadi prioritas awal sebelum menyalurkan pupuk non subsidi.

?Mereka yang bergerak di sektor perusahaan perkebunan kami sediakan stok setelah stok urea bersubsidi stabil. Pusri tidak bisa memenuhi permintaan kebun saat stok untuk kebutuhan pangan masih belum aman,? katanya.

Kelangkaan stok urea, tuturnya, terjadi di hampir seluruh daerah pertanian. Dia memprediksi, kebutuhan urea untuk sektor non subsidi baru bisa dipenuhi Maret atau akhir Februari. Saat ini, Pusri tengah memenuhi kebutuhan pupuk urea bersubsidi di Sumut sebanyak 168.532 ton. Jumlah alokasi itu turun dari alokasi 2007 sebanyak 200.000 ton.

Renaldi menambahkan, dalam bulan-bulan ini, kemungkinan besar harga urea non subsidi naik dari harga yang sekarang ini. Harga eksppor, kata Renaldi, senilai 350 Dollar Amerika Serikat (AS) free on board (fob) per ton. Dari pantauan Pusri, harga urea non subsidi di pasaran senilai Rp 2.400 sampai Rp 2.500 per kg.

Manajer Penjualan PT Pusri Sumut, Paino mengatakan penurunan itu terjadi lantaran realisasi penyaluran memang lebih dari alokasi. Persoalan penyaluran pupuk itu terletak pada penetapan alokasi di masing-masing daerah. ?Pada alokasi 2007, sebagian daerah yang kekurangan pupuk, sementara daerah yang lain kelebihan. Ini terjadi karena penyaluran tidak tepat sasaran,? katanya.

Ketua Masyarakat Agribinis Jagung Sumut, Adhie Widhiarto mengatakan harga urea antara Rp 2.400 dan Rp 3.000 per kg. Petani sulit mencari urea di kios-kios. Daerah yang kini sedang kesulitan mencari pupuk baik subsidi maupun bukan ada di Kabupaten Karo. ?Stok di lapangan nyaris tidak ada. Pusri mesti mengantisipasi naiknya beberapa bahan baku pangan. Ada kecenderungan, petani banyak memakai pupuk agar produksinya meningkat,? ujarnya.
Laporan Tata Kelola Info Publik FAQ