Kabar Pusri

Harga Pupuk Terjangkau Petani

13 May 2018

Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan efisiensi pabrik pupuk sehingga harga komoditas strategis tersebut bisa lebih terjangkau oleh petani.
“Kita membangun pabrik baru pupuk di Pusri untuk menggantikan pabrik lama agar bisa lebih meningkatkan efisiensi produksi pupuk,” kata Menteri Rini di Palembang, kemarin. Hal itu disampaikan Rini yang bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meresmikan peluncuran dan peresmian pabrik Pusri 2B, proyek NPK 2,4 juta ton, serta peletakan batu pertama pabrik NPK Fusion II Pusri. 

Rini mengatakan pabrik Pusri IIB nantinya menjadi pengganti pabrik Pusri II. Dengan pabrik baru akan produksi pupuk lebih efisien sehingga harga pupuk bisa makin turun. Penggunaan gasnya juga akan turun 40% jika dibandingkan dengan pabrik lama. Menteri Airlangga mengatakan pabrik pupuk yang baru dibangun itu memang lebih efisien karena penggunaan gasnya hemat dan tentu harga di tingkat petani lebih rendah, juga subsidi dari pemerintah akan turun. “Ini tentunya akan lebih mengefisienkan produksi pupuk yang pada akhirnya harga murah, tapi dengan produksi yang meningkat,” kata Airlangga.

Revitalisasi
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat mengatakan pabrik Pusri IIB dibangun sebagai bagian dari program revitalisasi industri pupuk nasional. Revitalisasi adalah salah satu upaya Pupuk Indonesia untuk mengingkatkan daya saing produk, terutama di pasar internasional, dengan cara meningkatkan efisiensi produksi.  Konsep revitalisasi ialah menggantikan sejumlah pabrik yang sudah tua dan boros konsumsi bahan baku gasnya dengan pabrik baru yang hemat energi ramah lingkungan, dan efisien konsumsi bahan bakunya. Selain Pusri IIB, bagian dari proyek revitalisasi lainya ialah pabrik Kaltim-5 di PT Pupuk Kaltim, Botang dan Pabrik Amurea 2 di Petrokimia Gresik. 

“Kapasitas produksi Pusri 2B ialah 907.500 ton urea per tahun dan 660.000 ton amoniak per tahun. Konsumsi gas Pusri 2B ialah 24 MMBTU per ton urea, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pabrik yang lama, yang konsumsi gasnya mencapai 37 MMBTU per ton urea,” katanya.  Pabrik itu dibangun konsorsium Rekayasa Industri dan Tokyo (Jepang), dengan investasi sekitar Rp8,5 trilliun.

Sumber bahan baku gas untuk Pusri 2B berasal dari Pertamina EP dan Medco, dan mulai 2019 hingga 2023 akan dipasok dari Conoco Phillips Grissik, dengan pasokan sebesar 62 MMSCFD. Pabrik itu juga menggunakan bahan bakar batu bara untuk pembangkit steam dan listrik sehingga mengurangi ketergantungan terhadap gas bumi. Di sisi lain, PT Pupuk Kalimantan Timur menyatakan terus berjibaku melawan serbuan pupuk impor yang sudah membanjiri pasar dalam negeri. Staff Pelayanan dan Komunikasi Produk Pupuk Kaltim, Ajang Christrianto, mengatakan animo petani mempercayai bahwa kualitas Pupuk Kaltim lebih baik ketimbang pupuk impor. “Petani masih mencari pupuk bersubsidi urea, NPK, dan phonska,” ujarnya. Sejumlah negara seperti Tiongkok dan Malaysia memasarkan produk pupuk hingga Kalimantan. (BN/E-1)


MEDIA INDONESIA, SABTU, 12 MEI 2018
Oleh Dwi Apriyani 
[email protected]


Report Governance Public Info FAQ